by

Cinta? Sekilo Berapa Sih?

Cerpen esai oleh Anton Erlangga Aditama

KOPI, Magelang – Ada beragam jenis cinta. Kisah cinta seperti Romeo-Juliet, Laila-Majnun, Jayaprana dan Layonsari. . semuanya biasa kita dengar. Tapi pernahkah kau mendengar kisah cinta yang tidak biasa? Cinta yang menyerang keyakinan begitu banyak orang soal kasih sayang: bahwa cinta sejati hanya terjadi antara laki-laki dan perempuan.

Begitu kah?

Siapa yang mengatur peredaran cinta semacam ini? Berani-beraninya. Kalau seseorang bertanya padaku, berapa harga cinta perkilonya, biar kupikir-pikir dulu:

Sayang sekali aku tidak kenal siapa Dewa Cinta sebenarnya, jadi aku tidak bisa menanyakan berapa nilai cinta kepadanya. Kalau sudah begini, siapa yang akan bertanggung jawab jika kutemukan di lapangan ada laki-laki yang jatuh cinta pada laki-laki juga?

Pemerintah! Tentu saja pemerintah yang harus bertanggung jawab. Banyaknya kasus laki-laki yang menyukai laki-laki harusnya menjadi perhatian utama pemerintah. . tetapi tunggu dulu.

Mereka ‘kan sedang sibuk mencari perbedaan arti kata mudik dengan pulang kampung, supaya generasi di masa depan tidak mempermalukan seisi negara seandainya mereka ikut lomba cerdas cermat, jadi karena alasan yang sangat penting ini, mari kita ringankan beban mereka. Jual-beli cinta bukan tanggung jawab pemerintah.

Lagipula, sejak kapan sih pemerintah bertanggung jawab pada cinta yang dijual laki-laki dan dibeli oleh laki-laki juga? Sama sekali tidak pernah, seingatku. Tapi kalau bukan pemerintah, siapa yang bertanggung jawab, kalau begitu?

Jawaban yang benar adalah tidak ada. Ya, memang tidak ada. Tak ada yang harus ambil pusing kalau ada laki-laki yang jatuh cinta pada laki-laki.

Bagiku pribadi, harga cinta adalah gratis. Manusia membawa bibit cinta saat mereka lahir ke dunia untuk ditumbuhkan dan dibagikan seiring mereka dewasa. Bagiku yang miskin dan haus kasih sayang ini, aku tak pernah harus membayar sepeser pun pada siapapun soal cinta yang kudapatkan dan kuberikan. Aku menerima kasih sayang dari Tuhan, dari manusia, dan dari alam semesta secara cuma-cuma. Tapi di sisi lain cinta bagiku juga amat mahal. Apalagi di musim pandemi sekarang ini.

Aku harus membayar agar diriku pantas dicintai, minimal dengan rajin keramas. Lebih-lebih sekarang bulan Ramadan. Kepalaku sering gatal-gatal kalau sholat tarawih di rumah. Tuhanku yang Penyayang sekalipun tidak mau peduli seandainya aku beribadah dengan rambut lepek dan bau. Yang Dia tahu pokoknya aku harus keramas!

Berapapun harga sampo di pasaran.

Takkan kau temukan dimanapun orang yang menjual sampo anti-ketombe, anti-rontok, anti-lepek, anti kulit kepala gatal sekaligus yang bagus dengan harga murah. Kisah cintaku pada Tuhan di musim pandemi ini membuatku harus membayar dua kali lipat.

Ini kan bulan suci, dan aku ingin diperhatikan. Sangat tidak lucu kalau di rapor catatan amalku nanti ditulis:

Tigor Arafin, sholatmu memang rajin, tapi karena saat sujud rambutmu banyak ketombe, ibadahmu tidak diterima. Maaf kamu tereliminasi.

Yang benar saja.

Kalau boleh jujur, sebenarnya Tuhan mungkin sengaja membiarkan coronavirus ini berkeliaran agar orang-orang beribadah di rumah saja. Karena DIA sudah muak dan bosan dengan wajah-wajah orang yang beribadah di masjid, gereja, atau pura hanya itu-itu saja. Buktinya, sampai sekarang belum ada vaksin corona yang turun dari langit. Vaksin ini harus dibuat dan diteliti dulu oleh manusia sendiri, dan baru bisa digunakan paling tidak tahun depan. Masih sangat lama.

Aku sih tidak bodoh-bodoh amat seperti orang-orang yang memaksa beribadah tarawih di mushola di tengah pandemi. Aku senang karena walau aku sendiri sebenarnya bodoh, setidaknya aku taat hukum. Masih banyak yang lebih bodoh dariku.

Ngomong-ngomong soal sampo tadi, kita semua bisa sepakat bahwa hal paling tidak realistis di dunia ini adalah iklan sampo. Ya saudara-saudara: Iklan sampo! Walau berkali-kali kubalurkan Rejoice Anti-Dandruff 3 in 1 di kepalaku, rambutku tetap saja bandel dan susah diatur.

Aku hanya bisa menerima kenyataan pahit bahwa rambutku tidak akan pernah sekinclong milik Michelle Zudith di televisi.

Walau harga sampo ikut-ikutan naik gara-gara musim pandemi coronavirus ini (lihat catatan kaki), sungguh luar biasa kalau harga cintaku tetaplah sama. Aku membagikannya secara gratis, terutama pada keluargaku tersayang. Tapi belum genap satu menit aku ngomong begitu. . seseorang mematikan lampu saklar kamar mandi.

“Anjir! Siapa yang matiin lampu?” Aku berseru. Suaraku menggema di dalam kamar mandi yang gelap. Aku yang sedang keramas gelagapan, buru-buru membilas busa dari kepalaku.

Baru sebentar kupuji, kakakku sudah berulah lagi. Kurang ajar sekali dia. Memuji keluargaku memang tidak pernah berakibat bagus. Ilham tahu aku parno dengan film pocong yang muncul di bak kamar mandi yang tayang di TV tempo hari. Akhir-akhir ini dia sering menakut-nakutiku. Tapi takkan kubiarkan dia bersikap semena-mena.

Kudengar seseorang menggedor-gedor pintu. Aku keluar dan meraih tombol sakral.

“Gantian woy! Cepetan. Aku udah gatel nggak mandi dua hari.” Muka Ilham muncul diantara celah pintu yang kubuka.

“Antri dong, dasar setan. Yang nyuruh kau nggak mandi dua hari juga siapa? Jorok.” Aku membanting pintu kamar mandi menutup dan melanjutkan ritualku.

Setengah jam kemudian aku keluar, dan Ilham yang kelewat dongkol memberiku tatapan sengit.

“Lama banget sih.” keluhnya.

Bodo amat,” Aku melewatinya begitu saja. Ilham sempat akan meninjuku, tapi aku berhasil  menghindarinya. Sesaat kemudian kudengar dia misuh-misuh.

“Gor, samponya kau habisin ya? Astaga, boros banget sih. Kubilangin Mama kau ya,”

Aku langsung ngacir ke kamar.

Dari dapur, kudengar suara gelas dibanting. Gara-gara pandemi, Ibu dan Ayahku harus bekerja dari rumah. Ada semacam ketegangan yang melingkupi mereka. Mereka jadi lebih sering bertengkar dari biasanya. Menahan lapar saat puasa berarti juga ada amarah yang disembunyikan. Amarah ini akan meledak begitu waktu buka puasa.

Cinta di keluargaku seperti tidak ada harganya setahun belakangan ini. Orang tuaku seperti lupa alasan kenapa mereka menikah. Berapa sih harga cinta per kilonya? Aku ingin sekali membelinya dengan semua tabunganku dan menjejalkannya ke otak ayah dan ibuku agar mereka berhenti berteriak satu sama lain.

Tidakkah mereka ingat kalau mereka puasa?

Apa yang membuat kisah cinta semakin rumit? Yep. Kangen. Aku merindukan keluargaku yang lain. Keluarga yang pantas kusebut keluarga. Mereka adalah teman-temanku yang tergabung dalam sebuah band bernama Bekupon. Robby, Christian, Soni, Oiek, Taufiq, Cakra, dan Yessy adalah personelnya. Aku menuju kamarku, duduk di belakang meja dan membuka Zoom. Mereka sudah mulai videochat duluan saat aku bergabung.

“Orang-orang goblok banget sih.” Robby berujar.

“Kenapa memangnya?” Aku bertanya.

“Yah, mereka percaya begitu saja teori konspirasi soal coronavirus ini.” Taufiq nimbrung.

Dari laptopnya Ian menimpali, “Nih. Kukasih tau ya, Freemason itu perkumpulan tukang batu di Jerman. Logo mereka itu jiplak ikon kekristenan, All Seeing Eyes, karena pengaruh Katolik disana cukup kuat. Makanya simbol ini juga ditemukan di gereja jaman dulu. Logo mata segitiga juga ditemukan di makam-makam kuno Belanda di Jawa, karena mereka orang-orang Kristen. Nggak ada hubungannya sama elit global atau Illuminati.”

“Bill Gates itu orang pinter yang baik, tapi banyak orang salah paham.” Yessy angkat bicara.

“Setuju,” ucap Oiek.

“Yah, tapi kan orang maunya cerita yang bombastis. Nggak peduli kalau ceritanya itu hoaks. Bikin runyam saja!” Soni ikut-ikutan.

Meski pintu kamar tertutup, teriakan-teriakan Ayah dan Ibuku semakin keras terdengar. Mereka sudah berkelahi terlalu sering. Dan sekarang, saat jam-jam lapar puasa begini? Aku tak tahan lagi.

“Bentar ya guys.” Kututup laptopku.

Di bulan Ramadan ini, hal yang paling sulit dilakukan adalah tidak membayangkan es teler saat siang. Yang kedua adalah menjalani karantina di rumah bersama orangtua yang temperamental. Ramadan tahun ini sudah cukup buruk karena tidak ada bukber, tidak ada bagi-bagi takjil, tidak ada tadarus bersama, dan tidak ada tragedi sandal tertukar. Ini Ramadan yang amat sulit karena orang-orang di luar sana mati karena virus corona! Boro-boro soal lebaran.

Memiliki penghasilan ditengah krisis begini saja sudah merupakan berkat. Ibu dan Ayahku seharusnya tahu ini. Mereka tidak bisa merusak Ramadanku. Takkan kubiarkan mereka membuat Ramadanku hancur lebih parah lagi.

Saat itu juga aku naik ke kamar Ilham, bermaksud negosiasi dan curhat padanya. Dia sedang memainkan gitar bututnya saat aku masuk, sambil menyanyikan lagu d’Masiv.

“KUAKUI KU SANGAT-SANGAT MENGINGINKANMU,”

“Ham,” Aku memanggilnya. Dia tak acuh. Ilham sepertinya pura-pura tuli.

“TAPI KINI KU SADAR KU DIANTARA KALIAN,” Dia semakin mengeraskan suaranya.

“Ilham,” Aku memanggilnya lagi. Dia bersikeras tidak mengacuhkanku.

“WOY!” Aku merebut gitar yang dipegang Ilham.

“Apaan sih? Ganggu aja.”

“Bisa nggak sih kau nggak jadi orang tolol sehari aja?”

“Bisa, adekku sayang. But not today. Bukan hari ini, sori saja.” Dia merebut gitarnya kembali dan memalingkan muka.

“Ham, dengar, kau nggak capek apa dengerin bapak ibu kita tengkar? Lama-lama aku gila kalau begini terus. Aku nggak bisa konsen belajar juga, gimana aku bisa ngerjain tugas kalau mereka teriak-teriak terus? Aku nggak mau jadi setolol kau.”

“Bukan urusanku. Lagipula kaupikir aku nggak muak nasehatin mereka, eh? Mereka mana pernah dengar saran kita sih?”

“Justru pandemi ini kesempatan buat kita menyatukan keluarga. Ayo bantu aku,”

“Ogah, puasaku nanti batal kalau ikut campur orang maksiat.”

“Halah, dari awal juga kau nggak puasa,” Aku melengos.

Sia-sia saja aku meminta dukungan Ilham. Aku harus menghadapinya sendiri. Aku berjalan menuju dapur dimana pusat keributan berlangsung. Orangtuaku saling cekcok dan menyalahkan.

“Aku nggak tahu masalah kalian apa, tapi aku cuma mau bilang kalau, “ Aku mengambil napas,

“Papa, Mama. Aku homo,” kataku kalem.

Baik ayah dan ibuku berhenti dan menatapku. Keduanya diliputi rasa syok.

Apa? KAMU HOMO?” Kata mereka berbarengan..

“Ya, aku homo. Ilham juga. Sudah lama kami ingin memberitahu kalian. Sayang sekali kalian nggak akan punya mantu dan nggak akan punya cucu. Tapi kalian nggak perlu kuatir. Ini bukan salah kalian. Aku cuma nggak mau nanti orang-orang mikir aku jadi homo karena keluargaku brokenhome. Karena bukan itu alasannya.”

Aku naik dan mengunci diriku di kamar, tertawa-tawa. Kulanjutkan videocall-ku dengan kawan-kawan Bekupon. Sejak saat itu Ayah dan Ibuku tidak pernah bertengkar lagi. Sisa Ramadan berlangsung tenang. Walau coronavirus belum ditemukan penangkalnya, setidaknya aku bisa bernapas dulu.

Yeah, takkan ada yang mengalahkan cinta setulus cinta keluarga ‘kan? Tapi Ayah-Ibuku tidak tahu kalau aku sebenarnya serius. Aku kalau bercanda serius. Haha! ***

Catatan kaki:

– Warga dilarang melakukan kegiatan yang melibatkan orang banyak (termasuk ibadah di tempat peribadatan gereja, masjid, dlll)

https://mediaindonesia.com/read/detail/305237-tarawih-dan-salat-jumat-di-masjid-dilarang-saat-psbb-di-makassar

https://news.detik.com/berita/d-4948642/giliran-ibadah-minggu-di-gereja-diimbau-ditiadakan-saat-darurat-corona

https://megapolitan.kompas.com/read/2020/04/10/06010031/warga-dilarang-berkerumun-lebih-dari-5-orang-selama-psbb

– Vaksin virus corona paling cepat baru bisa digunakan pada 2021

https://surabaya.tribunnews.com/2020/05/05/bocoran-dari-menristek-vaksin-corona-siap-awal-2021

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200505124216-199-500197/menristek-serum-anticovid-19-3-bulan-lagi-vaksin-awal-2021

– Pertikaian domestik meningkat selama masa karantina

https://magdalene.co/story/wabah-corona-langgengkan-kdrt-hambat-penanganan-kasus

https://news.sky.com/story/coronavirus-fears-for-russias-domestic-violence-victims-during-lockdown-11983030

– Bill Gates yang dijadikan sasaran teori konspirasi coronavirus

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200430204945-185-499095/menguak-asal-bill-gates-jadi-target-teori-konspirasi-covid-19

https://news.detik.com/berita/d-5000144/tolak-teori-konspirasi-nadiem-sebut-pandemi-covid-19-sudah-diprediksi-ilmuwan

-Harga yang naik karena pandemi (sekaligus Ramadan)

https://katadata.co.id/berita/2020/05/04/corona-hambat-produksi-distribusi-barang-inflasi-april-diramal-naik

-Polemik pemerintah yang membedakan istilah mudik dengan pulang kampung

https://news.detik.com/berita/d-4989126/polemik-beda-mudik-dan-pulang-kampung-yang-dimulai-jokowi

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA