Oleh: Elza Peldi Taher
Panggilan adzan terdengar merdu dari masjid
Menyeruak sepi senyap kampung menunggu fajar
Menggugah bangun dari tidur
Menghentikan mimpi malam
Bangkit menuju keharibaan
“Ash-Shalatu khairum minan naum”
“Ash-Shalatu khairum minan naum”
Lalu suara muadzin terisak
“Al-Salatu fi buyutikum”
“Al-Salatu fi buyutikum”
Sayup-sayup suara kesedihan muadzin yang tertahan
Tak terdengar langkah-langkah kaki bergegas menuju masjid
Yang datang beriringan dari segala arah
Tak tampak bayang-bayang orang bersarung di kegelapan pagi buta itu
Kampung masih tetap hening
Usai adzan Shubuh mengumandang
Ingatanku melayang ke masa kecil
Kenangan indah di surau (1) di kampung halaman
Selepas Ashar hingga fajar menyingsing
Selalu bersama
Agama tak lupa
Adat tak ditinggalkan
Bercengkerama, bersenda gurau, bercanda ria
Bermain di halaman surau medan nan bapeneh (2)
Permainan anak nagari
Ingatanku melayang ke wajah-wajah ikhlas
Niniak mamak, ustads, dan guru-guru
Menuangkan ilmu Al Qur’an
Menanamkan sopan santun
Menurunkan tradisi
Setiap malam
Lampu surau terang benderang
Sumber cahaya di kegelapan sekitar
Ramai suara anak-anak mengaji
Sampai sinar meredup
Dan semua bujang terlelap
Hingga lantunan adzan Shubuh
Ingatanku mengenang tatkala Ramadhan tiba
Surau pun sesak
Tak henti-hentinya orang mengalir
Semua berlomba berjamaah
Berjajar rapat di belakang imam
Menjamah pahala dan ampunan-Nya
Surau terus berdenyut jelang hari fitri
Takbir bergema diringi tetabuhan bedug
Keramaian dimana-mana
Anak-anak bergembira
Perantau kembali pulang
Kampung sangat meriah
Kini aku kembali merenung
Bilakah masa-masa itu terjadi lagi saat ini
Ketika semua orang mengurung diri
Ketika semua orang bertawakal di rumah
Dunia sedang menghadapi musuh kasat mata (3)
Menjajah semua negara
Mahluk tak bersenjata
Ganasnya melebihi buas raja hutan
Sakitnya melewati sayatan tajam sembilu
Ribuan korban hilang nyawa tak melawan
Musuh yang menebarkan ketakutan
Karena efek domino mematikan
Menular satu orang ke orang lain
Itulah Corona Virus Disease (COVID-19)
Tak ada penangkalnya
Semua berperang melawan Corona
Hari demi hari kian rapuh
Detak kehidupan melemah
Sejak pandemi mewabah
Hingga ke pelosok daerah
Siapa sangka siapa duga
Semua porak poranda
Membuat kehidupan merana
Karena satu makhluk virus Corona
Aku, keluargaku, tak kemana-mana
Enggan bergerak leluasa
Berdiam diri laksana petapa
Untuk menghindar amuk Corona
Larangan-larangan terbaca (4)
Kita selaksa bergerak di rumah kaca
Menjaga ruang hampa antar sesama
Tak berada di khalayak di luar sana
Kebersamaan yang mulai sirna
Anak-anak nakal tak berkeliaran
Belajar hanya dari dunia maya
Pekerja kantoran berkurang karya
Ibadah tak berjamaah
Jalan raya pun lengang
Gedung-gedung cuma pajangan
Angkutan jarang penumpang
Masjid, gereja, klenteng, vihara, pun sengang
Setiap Jumat seperti hari lain (5)
Jamaah hilang tak berbilang
Hari-hari ku
Hari-hari mu
Hari-hari kita semua
Hanya menunggu waktu
Pandemi reda dan berlalu
Ingatanku kembali melayang ke kampung halaman
Ke sebuah surau yang penuh kenangan
Aku dengar kabar
Sudah berhari-hari surau dan masjid tak dikunjungi jamaah
Sejak pandemi mewabah
Aku membayangkan
Lampu surau redup
Kesunyian menyergap
Suara mengaji anak-anak seperti lenyap
Hilang keceriaan, canda tawa, di surau
Tak ada permainan di medan nan bapeneh
Niniak mamak, ustad, guru, entah kemana
Bayanganku Ramadhan di surau seperti dulu punah
Hari fitri di kampung pun bakal sunyi
Surau-ku mati suri
Suara adzan Dzuhur kembali menggema dari masjid dekat rumahku
Dan lafad tambahan
“Al-Salatu fi buyutikum”
“Al-Salatu fi buyutikum” (6)
Elza Peldi Taher
Pondok Cabe, 12 April 2020
Catatan Kaki:
- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Surau/su•rau/ adalah tempat (rumah) umat Islam melakukan ibadatnya (mengerjakan salat, mengaji, dan sebagainya); langgar. Di beberapa daerah di Sumatra dan Semenanjung Malaya, surau merujuk pada bangunan tempat ibadah umat Islam. Fungsinya hampir sama dengan masjid yakni sebagai pusat kegiatan keagamaan masyarakat dan pendidikan dasar keislaman. https://id.wikipedia.org/
- Biasanya di bagian samping atau di bagian depan dari surau terdapat lapangan atau halaman yang cukup luas. Masyarakat Minangkabau menyebutnya dengan Medan nan bapaneh, yaitu lapangan yang difungsikan kaum muda-mudi minang bermain bermacam kesenian tradisi seperti randai, belajar musik tradisi, silek, sipak rago (takraw) dan bermacam-macam pemainan anak nagari lainnya. Di sanalah mereka berkumpul bersenda gurau bersama teman-temannya.
- https://www.cnnindonesia.com/…/who-umumkan-virus-corona-seb…
- https://www.cnnindonesia.com/…/jokowi-imbau-masyarakat-beke…
- https://tirto.id/fatwa-mui-saat-pandemi-corona-salat-jumat-…
“Cegah Corona, 5 Lembaga Agama Imbau Umat Beribadah dari Rumah”, https://tirto.id/eGeN - https://news.detik.com/…/kisah-di-masa-rasulullah-lafal-adz…. Lafaz azan yang sebelumnya berbunyi “hayya ‘ala shalah” dan “hayya ‘ala falah”, sekarang diganti menjadi “asholatu fii buyuutikum” atau “alaa shollu fir rihaal”. Kalimat yang baru terdengar itu mempunyai arti “salatlah kalian di rumah masing-masing”.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org
Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini
Comment