by

Rasyida dan Ariza

Puisi Esai oleh Syaefudin Simon, Wartawan/Esais

Rasyida adalah wanita yang sangat menyintai Ariza
Pun Ariza. Sangat menyintai Rasyida
Keduanya saling menyayangi
Penuh cinta dan kasih

15 April 2020, Ariza berada di Istana Negara
Presiden Jokowi melantiknya sebagai orang nomor dua di Pemda DKI Jakarta
Tuk menggantikan posisi Sandiaga
Yang telah dua tahun meninggalkan kursinya. (1)

Hal menarik dari sebuah kisah
Dari pelantikan di Istana Negara
Usai pelantikan, Ariza langsung ke rumah
Sungkem dan menyium Rasyida
Bagi Ariza, Rasyida adalah wanita
Yang tak ada duanya di atas persada

Siapa Rasyida?
Rasyida adalah wanita yang melahirkan Ariza
Ia wanita salihah yang bibirnya selalu basah
Karena tak henti memanjatkan doa
Untuk kebaikan sang putra yang dicintainya

Rasyida, ibu kandung Ariza
Ariza adalah Ahmad Riza Patria
Wakil Gubernur DKI Jakarta
Rasyida, istri Amidhan Shaberah
Ulama pembelajar dan pencari hikmah (2)

Kepada Udin, penulis buku Pak AR Sang Penyejuk
Rasyida bercerita: sangat dekat dengan tokoh Muhammadiyah yang sejuk
Yang pernah tinggal di rumah gubuk
Walaupun jabatannya setumpuk (3)

Rasyida adalah teman dekat Wasilah
Putri sulung Pak AR di Yogya
Mereka rajin salat berjamaah bersama
Pak AR pernah mendoakan Wasilah dan Rasyida
Agar menjadi wanita salehah
Yang bertakwa dan mencerahkan ummah

Nasihat Pak AR sangat membekas di hati Rasyida
Itu terlihat dari kesederhanaan dan kesahajaan hidupnya
Meski Rasyida pernah menjadi istri pejabat tinggi negara
Ia tetap sederhana dan tidak jumawa
Sampai hari ini kesederhanaan dan kedermawanan Rasyida
Tetap terjaga dan menurun kepada anak cucunya

Rasyida adalah “tuhan kedua” bagi Ariza
Karena dialah yang mengandung, melahirkan, dan membesarkannya
Allah menganjurkan manusia
Untuk menghormati ibunya setinggi cakrawala
Karena melalui ibu, Allah mengekspresikan rahmat dan cintanya kepada semesta
Yang tak terkira luasnya untuk kehidupan manusia

Bila Allah sangat menghormati seorang bunda yang melahirkan anak manusia
Apatah lagi anak kandung kepada ibunya yang meregang nyawa saat melahirkannya
Itulah yang dilakukan Ariza
Kepada Bunda tercinta Rasyida

The Legend Rhoma Irama
Dalam lagu “Keramat” yang indah Melantunkan lirik memesona
Yang menggetarkan hati kita semua

“Darah dagingmu dari air susunya
Jiwa ragamu dari kasih-sayangnya
Dialah manusia satu-satunya
Yang menyayangimu tanpa ada batasnya

Doa ibumu dikabulkan Tuhan
Dan kutukannya jadi kenyataan
Ridla Ilahi karena ridlanya
Murka Ilahi karena murkanya

Bila kau sayang pada kekasih
Lebih sayanglah pada ibumu
Bila kau patuh pada rajamu
Lebih patuhlah pada ibumu.” (4)

Kata Kyai Amidhan, ayah Wagub Jakarta
Ariza adalah anak yang saleh dan berbakti kepada orang tua
Lebih-lebih kepada ibunda tercinta
Ariza yakin, tanpa doa Ibu dan ayah, ia tak ada apa-apanya
Semua tangga karir Ariza yang kini diraihnya
Adalah berkat doa kedua orang tuanya

Itulah sebabnya Ariza berprinsip: Semua miliknya adalah milik ibu bapaknya
Semua kehormatan yang menyertai dirinya adalah kehormatan orang tuanya

Ariza adalah darah daging ibunya
Darah daging ayahnya
Darah daging kedua orang tuanya
Ariza tak akan melakukan sesuatu
Tanpa memohon restu ayah dan ibu

Itulah manusia birrul walidain paripurna
Manusia yang berbakti pada kedua orang tua
Sesuai kehendak Allah dalam firmanNYA
Semoga Ariza sukses membangun Jakarta
Dengan iringan doa ayah dan bunda


Catatan Kaki

1. Ahmad Riza Patria dari Partai Gerindra dalam pemilihan wagub DKI Jakarta (6/4/2020) di Gedung DPRD DKI menang atas Nurmansjah Lubis dari PKS dengan suara masing-masing 81 dan 17. Ariza — panggilan akrab Ahmad Riza Patria — dilantik Presiden Jokowi di Istana Merdeka 15 April 2020.

2. KH Amidhan Shaberah bercerita kepada penulis, usai dilantik, masih dalam pakaian dinas Wagub, Ariza datang ke rumah orang tuanya. Untuk sungkem kepada ibunya (Rasyida) dan ayahnya (KH Amidhan). Kedatangannya mengejutkan seisi rumah karena dikawal voorijder yg mobilnya berbunyi ngaong-ngaong. KH Amidhan bertanya kepada Ariza kenapa ke rumah dikawal voorijder? Bukankah mengganggu lalu lintas di jalan yang padat? Kata Ariza, protokolernya memang begitu. Ia tak bisa menolak aturan tersebut. Hal yg sama terjadi ketika Amidhan, pekan lalu, memeriksakan kesehatannya di rumah sakit MMC, Kuningan, Jakarta. Ariza yang tidak tega melihat ayahnya di rumah sakit, hendak menemani. Ternyata kedatangan Ariza ke MMC tetap mendapat pengawalan voorijder sehingga tim medis di RS terkejut. Lagi-lagi Ariza berkata, tak bisa menolak protokoler tersebut. Meski risih. Begitu juga waktu pulang dari RS, Ariza yang menemani ayahnya tetap mendapat pengawalan. Kyai Amidhan bercerita, itulah pengalaman pertamanya dikawal voorijder. Rikuh dan risih. Tapi harus bagaimana lagi. KH Amidhan adalah ulama yang pembelajar. Di usia 78 tahun ia meraih gelar doktor bidang studi Islam dari Novi Pazar International University, Serbia dengan judul disertasi: Peace and Negotiation: From An Islamic Perspectitive, Aceh as A Model.

3. Udin adalah panggilan akrab Syaefudin Simon di desa kelahirannya (Tegalgubug, Arjawinangun, Cirebon). Simon — panggilan akrabnya di Yogya dan Jakarta — menulis buku Pak AR Sang Penyejuk karena tahu keseharian Pak AR waktu kos di rumahnya selama dua tahun di Jl. Cikditiro 19 A Yogyakarta, depan RS Panti Rapih. Pak AR, nama panjangnya KH Abdur Razaq Fachrudin adalah Pimpinan Pusat Muhammadiyah terlama (1968-1990). Pak AR dikenal sebagai tokoh besar yang hidupnya wara’ dan zuhud. Sampai akhir hayatnya Pak AR tidak punya rumah pribadi. Almarhum Pak Ud dan Gus Dur — tokoh besar NU — menganggap Pak AR sebagai Waliyullah — sebuah gelar spiritual yang tak dikenal dalam literasi Muhammadiyah.

Waktu mendapat tugas di Semarang sebagai Kepala Kantor Penerangan Agama Jawa Tengah, 1959-1964, Pak AR tinggal di Panti Asuhan Muhammadiyah setempat yang berdinding bambu dan berlantai tanah seperti gubuk. Ini dilakukan Pak AR agar dekat dengan orang-orang miskin. Padahal saudagar kaya di Semarang, Haji Sulhan, menawarkan rumah besar dan bagus agar ditempati Pak AR. Dari rumah gubug itulah, Pak AR, Pangdam Diponegoro Mayjen Sarbini, Jaksa Tinggi Bustanul Arifin SH, dan saudagar kaya Haji Sulhan merancang strategi melawan PKI yang merajalela di Jawa Tengah.

4. Lagu berjudul Keramat ciptaan Raja Dangdut Rhoma Irama ini termasuk salah satu tembang yang paling populer dan sering dilantunkan penyanyi lain. Rhoma Irama berhasil menjalankan misi dakwahnya melalui lagu Keramat. Liriknya yang mengungkapkan “kehormatan ibu” sangat menyentuh hati sehingga banyak orang menangis jika mendengarkan lagu ini. Saya hampir tiap malam jelang tidur selalu memutar video di HP mendengarkan lagu Keramat seraya mendoakan Ibu yang telah wafat agar ruhnya dipeluk Allah dan berbahagia di sorga.

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA