by

Naluri Kepemimpinan Perempuan Dunia dalam Memerangi Covid-19

KOPI, Jakarta – Wabah Covid-19 bisa diibaratkan sebagai uji kepiawaian secara mendadak, bagi seluruh pemimpin negara di muka bumi ini. Besarnya angka manusia yang terselamatkan dan kecilnya angka kematian menjadi parameter ukuran keberhasilan. Juga durasi menyelesaikan kasus. Semakin cepat, semakin jempol pujian yang diberikan.

Kondisi terkini, Amerika memegang peringkat pertama dunia dalam jumlah yang terjangkit positif. Sekitar 678.210 orang atau hampir sepertiga dari jumlah kasus dunia. Jumlah ini melebihi China, yang dianggap sebagai episentra awal. Italia menjadi peringkat pertama jumlah yang terjangkit dan angka kematian yang tinggi di Eropa.

Terus dimana posisi Indonesia? Peringkat 36 dunia, tetapi sebagai peringkat pertama di asia tenggara. Indonesia jauh dibawah Vietnam yang jitu dalam memerangi wabah. Angka kematian di Indonesia saat ini mencapai 535, dan yang positif menjadi 6,248. Berita terkini dicapai pada angka yang kian menanjak jumlah yang positif. 10 kematian dari 100 penderita, atau 1 kematian dari 10 penderita. Coba bandingkan dengan rerata dunia yang berada pada kisaran 2-3%. Wow… Sementara banyak negara yang percaya bahwa masih ratusan ribu angka kejangkitan dan kematian yang tidak terdata oleh Indonesia. Menyedihkan…

Kepemimpinan perempuan dalam krisis?

Sudah 200-an negara yang terus meng update data kejangkitan Covid-19. Urutan 5 negara teratas dengan jumlah terbanyak yang terinfeksi adalah Amerika, Spanyol, Italia, Perancis, Jerman. Tetapi Jerman adalah negara yang paling sedikit angka kematiannya, sekitar 2,6% dari total yang terinfeksi. Sedangkan Amerika 4,24%, dan Indonesia 9,1% mendekati 10%.

Dari data yang terkumpulkan, tercatat bahwa negara yang rendah angka kematiannya, dipimpin oleh seorang perempuan. Merupakan suatu data yang mengejutkan!

7 negara : Jerman, Taiwan, Selandia baru, Islandia, Finlandia, Norwegia dan Denmark. Dipimpin oleh Perempuan. Apakah ini suatu kebetulan? Tentunya tidak. Walaupun ada pernyataan nyinyir, seperti karena negaranya kecil, atau pulaunya kecil atau jumlah penduduknya sedikit – sehingga mudah dikendalikan. Tetapi coba kita lihat Jerman, adalah suatu negara besar. Luasnya hampir 3 kali lipat, dan jumlah penduduknya 1,3 kali dibandingkan Inggris. Tetapi angka kematian akibat Covid-19 di Inggris hampir 4 kali lipat dari Jerman. Dimana total angka kematian di Inggris mendekati angka 13 ribu.

Dari fakta ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki naluri atau ‘insting‘ yang lebih jitu. Strategi seperti apa yang dilakukan oleh Perempuan perempuan Tangguh itu? Mari kita lihat.

Jerman

Angela Merkel, Kanselir Jerman, menerapkan azas berbasis pada ‘kebenaran data’!. Sejak awal, dengan tenang beliau mengatakan kepada masyarakat sebangsanya bahwa wabah Covid-19 adalah serangan wabah yang sangat serius. Yang dapat menginfeksi separuh atau mungkin hingga 70% populasi. “Ini benar benar serius dan saya menganggapnya serius.” Kemudian instruksi melakukan tests kejangkitan infeksi Codiv-19 langsung dilakukan. Tidak ada penolakan dari masyarakat, dan kemudian dilanjutkan dengan strategi selanjutnya dalam memangkas penyebarannya, seperti metoda karantina dan lainnya. Ke jitu-an dalam menerapkan strategi, telah membuat Jerman melompati fase penolakan, kemarahan, dan cap ketidakjujuran dari masyarakatnya. Dimana ke 3 fase tersebut dialami dan banyak terjadi di beberapa negara. Hasilnya, Jerman menghasilkan angka kematian yang rendah.

Taiwan

Tsai Ing-wen dari Taiwan. Sejak awal bulan Januari, dimana mulai ada pertanda penyakit baru Covid-19, beliau langsung menginstruksikan 124 langkah untuk memblokir penyebaran. Tanpa harus LockDown. Saat ini, Taiwan malah membantu mengirim 10 juta masker ke AS dan Eropa. CNN menjuluki beliau sebagai salah satu pemimpin yang memiliki respon terbaik dalam menangani Covid-19. Hingga saat ini Taiwan melaporkan, hanya mempunyai 6 angka kematian.

Selandia Baru

Jacinda Ardern, Selandia Baru sejak dini telah menerapkan Lock Down dan tingkat kewaspadaan yang disebut sebagai “Kristal Bening”. Instruksi cepat untuk isolasi diri bagi semua pendatang langsung dilakukan, sejak tercatat ada 6 kasus. Kemudian dilanjutkan dengan ‘pelarangan masuk ke Selandia Baru’. Fakta ini menjelaskan bahwa kejelasan dan ketegasan instruksi telah menyelamatkan Selandia Baru dari badai Covid-19. Hingga pertengahan April tercatat hanya ada empat kematian. Sementara negara lain melakukan Lock Down, Taiwan, memberlakukan aturan kewajiban karantina 14 hari pada suatu lokasi, bagi semua warga yang kembali masuk ke Selandia Baru.

Islandia

Perdana Menteri Katrín Jakobsdóttir , Islandia, menawarkan pengujian Covid-19 gratis untuk seluruh warga negaranya. Data test ini menjadi ‘kunci utama’ pola penyebaran kasus dan fatalitas Covid-19 yang sangat akurat dan terpercaya. Setelah itu dilakukan terus pemantauan penyebarannya diiringi dengan tindak lanjut penanganan penyembuhan. Sehingga Islandia tidak perlu menerapkan penutupan sekolah dan lain sebagainya. Hal ini sangat berbeda dengan perlakuan yang dilakukan di negara lain, dimana test kejangkitan hanya dilakukan secara random. Sehingga data angka jumlah yang terjangkit, kematian atau yang sembuh menjadi tidak akurat. Data yang didapat tidak bisa merepresentasikan pola penyebaran yang tepat. Sehingga penanganannyapun menjadi tidak jitu. Dari Strategi yang diterapkan di Islandia ini menunjukkan bahwa penerapan teknologi terkait kedokteran adalah sangat efektif.

Finlandia

Sanna Marin, Finlandia, yang merupakan kepala negara termuda di dunia menerapkan media sosial (medsos) untuk memerangi wabah Covid-19. Pemimpin yang masih milenial ini sangat yakin bahwa masyarakat sekarang sangat enggan untuk membaca berita. Beliau mengundang para ‘influencer’ – netizer – medsos dari segala usia untuk berjuang bersama menyebarkan informasi yang berbasis fakta terkait wabah. Pola strategi yang diterapkan ini juga merepresentasikan penerapan kemajuan teknologi dalam memerangi wabah Covid-19.

Norwegia

Erna Solberg, Perdana Menteri Norwegia, menerapkan strategi berbasis ‘rasa kasih’ atau ‘cinta’. Strateginya menarik dan mencerminkan kasih seorang ibu terhadap anaknya. Beliau melakukan komunikasi interaktif melalui media televisi sebagai konferensi pers. Tetapi hanya untuk anak anak, dimana orang dewasa tidak diperkenankan peranserta. Beliau meluangkan waktunya untuk menjawab seluruh pertanyaan dari anak anak seluruh negeri. Tujuannya membangun ‘rasa percaya’, bahwa suatu hal wajar untuk mempunyai rasa takut terhadap Covid-19 – agar menjadi lebih waspada dan patuh mengikuti protokol. Anak anak lebih jujur dan kritis. Ide ini sangat mengharukan, dan orisinalitas datang dari kaum perempuan. Bahwa metoda berbasis dari ‘rasa kasih’ adalah strategi yang ampuh.

Entah berapa banyak inovasi sederhana dan manusiawi lain yang akan dikeluarkan dari kepemimpinan seorang perempuan. Mereka tidak menyalahkan orang lain, atau sekelompok orang seperti mengkambing hitamkan kelompok orang tua yang dianggap sudah ndablek, atau kelompok ekonomi bawah yang dianggap naif dan bodoh, atau kelompok jurnalis yang dianggap terlalu menyebarkan berita yang meresahkan masyarakat atau lainnya.

Dari fakta diatas, jelas memperlihatkan naluri perempuan dalam menangani tantangan wabah. Pemimpin perempuan telah menunjukkan keberhasilannya memerangi wabah Covid-19 dengan menerapkan ide ide yang cemerlang, jitu dan begitu mengharukan.

Oleh karena itu, bukan suatu hal yang tabu untuk menulis dengan tinta tebal bahwa ‘Seorang perempuan atau kaum Ibu adalah Tiang Negara’. Semakin tinggi tingkat intelektualitas dan sosialita kaum ibu suatu negara, akan memperkokoh fungsinya sebagai tiang atau penyangga atau pilar. Yang artinya persis sama dengan memperkokoh negara. Mengapa? Solusi solusi cerdas yang tepat – pasti akan lebih banyak keluar untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapi bangsanya. Kaum perempuan selalu mengedepankan ‘emosi’ kasih dalam memimpin suatu negara. Kasih dalam melindungi generasi penerusnya.

Bagaimana dengan kaum perempuan Indonesia sebagai Kartini Modern?

Tidakkah termotivasi dengan kehebatan kaum perempuan negara negara yang diceritakan diatas? Perempuan Indonesia juga bisa! Ibu Kartini seratus tahun yang lalu saja bisa mendobrak status sosial perempuan Indonesia. Menjadi bisa membaca dan memperoleh pendidikan. Perjuangan beliau telah memberikan kesempatan kita untuk mengenyam pendidikan tinggi seperti sekarang ini.

Jangan siakan perjuangan beliau. Mari menjadi Kartini modern. Bersama kita lanjutkan perjuangan Ibu Kartini, menjadi Kartini modern nan cerdas. Kartini modern yang berani dan bertanggung jawab dalam mengeluarkan ide cemerlangnya dalam ‘nerantasi’ atau memerangi tantangan bangsa.

Kartini modern, berjuang bersama membebaskan Indonesia agar segera terbebas dari wabah Covid-19. Patuhi protokol memerangi wabah yang ditetapkan oleh pemerintah dengan baik.

Selain itu, adalah tugas utama Kartini Modern untuk menjadikan Indonesia bangsa yang sehat dan kuat berbasis pada teknologi, industri, hukum dan budayanya. Sehingga dapat mengungkit kekuatan ekonomi bangsa untuk menjadi lebih bermartabat!

Ditulis oleh : Dr. Geni Rina Sunaryo, alumnus Tokyo University, Jepang

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA