by

PLTN dan Martabat Bangsa

Oleh: Dr. Geni Rina Sunaryo, Alumnus Tokyo University/Peneliti Senior Batan

KOPI, Jakarta – Mengangkat “harga diri bangsa” masih jadi suatu “mimpi”. Sangat sulit digapai. Orang masih sangat enggan mendiskusikan hal ini di Indonesia. Karena akan “tercap” sebagai pemimpi sepanjang zaman.

Mengapa? Karena untuk menciptakan suatu negara yang bermartabat, butuh waktu yang sangat panjang. Butuh ‘keberanian”. Butuh dukungan biaya yang tidak sedikit. Juga butuh motivasi yang terus berlanjut – tidak putus di tengah jalan.

Salah satu faktor yang berperan dalam meningkatkan martabat bangsa adalah “kemandirian energi”. Dimana seluruh Indonesia bisa diterangi listrik yang murah harganya. Seluruh rakyat Indonesia di mana pun berada punya akses terhadap energi listrik.

Secara teori bisnis, harga akan menjadi murah jika barang tersebut sudah banyak diproduksi dan dijual. Dalam dunia bisnis berlaku hukum demand (permintaan) and supply (penawaran). Kita tahu, jumlah pusat listrik tenaga nuklir (PLTN) di dunia lebih sedikit dibandingkan pusat listrik tenaga uap yang bahan bakarnya batu bara (PLTB). Sehingga harga PLTN mahal. Karena itu, permintaan untuk mendapatkan harga listrik PLTN di bawah 7 cent USD/KWh yang dituntut pemerintah, sulit terlaksana.

Tapi PLTN punya kelebihan: emisi gas buang yang beracun (karbon dioksida, sulfur oksida, debu, dan lain-lain) nyaris nol. Sedangkan PLTB emisi gas beracunnya sangat besar. Terutama karbon dioksida, gas rumah kaca penyebab global warming dan sulfur oksida penyebab hujan asam yang merusak bangunan dan kesuburan tanah.

Kalau kita lihat biaya asuransi kesehatan akibat menghirup gas karbon dan gas sulfur, harga listrik PLTN jadi murah. Sebab betapa besar dana untuk mengobati penyakit pernafasan dan kerusakan organ tubuh tersebut. Karena itu, PLTB jadi bermasalah dan berbahaya. Dampak akhirnya, listrik dari PLTB dalam jangka panjang menjadi sangat mahal.

Sebaliknya PLTN. Ia bersih. Emisi gas karbon dan sulfurnya nyaris nol persen. Karena itu, PLTN menjadi pembangkit listrik yang aman dan ramah lingkungan. Bersahabat dengan kesehatan manusia. Itulah sebabnya, meski harga listrik per-KWh PLTN lebih mahal sedikit, tapi hitungan jangka panjangnya – apalagi bila melihat dampak lingkungannya – lebih murah. Dengan demikian, secara environomi, cost dari total energi batu bara lebih mahal dari PLTN.

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA