by

Manifesto Nusantara

Prof. Yudhie Haryono

KOPI, Depok – Ini adalah kekuatan. Pemberian alam raya. Juga kuasa untuk menumbuhkannya. Dari diri-diri yang sadar. Diri yang mencintai sambil menjaga sesama dan lingkungannya.

Maka, di bumi nusantara, pemberani yang sebenarnya adalah mereka yang tak lekas patah hati, tetapi bertahan dengan menghadapi setiap ujian, cobaan, cercaan dan hinaan. Itulah mental merdeka, mandiri, daulatif, modern, martabatif dan menzaman. Mereka lalu bergerak melaju menuju stasiun yang sama.

Akhirnya, budaya di nusantara kita fokuskan pada peningkatan modal sosial, mentalitas inovatif-kreatif-produktif, tradisi berfikir rasional, meta scient, filsafat, etos kerja, ideologi keadilan, karakter konstitusional dan local wisdom.

Pra nusantara adalah peradaban Atlantik. Ia adalah keindahan yang menghiasi akal manusia dan semesta. Sedang nusantara adalah keajaiban yang menguliti kejeniusan bola dunia. Maka, memandang keduanya, kita sangat berharap waktu berhenti. Agar tak ada lagi jejak kemunculan kepariaan.

Tetapi yang terjadi adalah peradaban terusan: Indonesia. Dan, menyentuh indonesia seperti menyentuh sesuatu yang rapuh tapi sangat berharga. Mudah pecah. Selebihnya, sejarah penghuninya adalah jejak tak berupa yang iringi perih takdir warganya.

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA