by

Kredo Wilson Lalengke: Nusantara Menggugat (bagian 3)

Pada titik ini, yang paling penting adalah bahwa kedua belah pihak, si-penjajah dan si-terjajah, dalam konteks kolektivitas kenegaraan, benar-benar memahami keadaan sekarang sebagai akibat dari kejadian masa lalu. Kedua bangsa mewarisi sebuah keadaan yang terbentuk oleh sebuah kesalahan dan ketidak-adilan. Bila pengertian ini sudah menjadi pemahaman bersama, maka upaya-upaya mencari solusi terbaik bagi “mengadilkan” kekeliruan para pendahulu bangsa Belanda dapat diformulasi dengan lebih mudah. Pemahaman dan pengertian, yang kemudian diikuti oleh kemauan untuk memperbaiki “situasi salah” ini akan melahirkan komitmen-komitmen kuat di antara kedua bangsa. Sesungguhnya jalan-jalan buntu akan terbuka ketika semua pihak boleh berbesar hati melihat realitas dan menerimanya sebagai sesuatu yang perlu dipertanggung-jawabkan konsekwensinya. Berkaitan dengan ini, kejujuran dan kesediaan untuk mengakui secara “gentle” atas kesalahan kakek-nenek moyang dari pihak Belanda menjadi batu ujian bagi mereka.

Tentu akan lebih baik dan beretika jika Belanda dapat menjadi pihak yang melakukan inisiasi dalam kemelut “mengadilkan” kelakuan bangsanya. Namun, ketika harapan itu tiada kunjung menampakkan sinar, maka kewajiban kita anak negeri yang menyadarkan mereka. Membangunkan akal-budi bijaksana para kolonialis adalah tugas yang diberikan oleh nenek moyang Indonesia kepada generasi penerusnya.

Sejarah kelam yang dipelajari di bangku sekolah adalah nyata hidup kakek nenek bangsa. Semua pengetahuan sejarah ini bukan hanya untuk dihapal dan diketahui semata. Ia baru akan bernilai jika bangsa ini mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman sejarah itu. Pelajaran terpenting adalah bahwa ada ketidak-adilan yang telah menjadi penyebab utama derita tiada berkesudahan bangsa dan negara Indonesia hingga kini. Ketika kita mengetahui ketidak-adilan terjadi, maka menjadi tugas kita untuk memperbaikinya. Salah satu cara perbaikan itu adalah “mengajukan gugatan”, pencarian keadilan bagi “mengadilkan” kesalahan pihak yang bersalah dimasa lalu.

Langkah awal yang boleh menjadi agenda setiap anak bangsa adalah mengupayakan bangkitnya kesadaran generasi muda Indonesia berkaitan dengan rangkaian sejarah bangsanya. Poin penting yang perlu dimaknai adalah lahirnya pemikiran yang konstruktif berkenaan dengan perlunya “mengadilkan” kesalahan kolonialisme dimasa lalu yang telah memporak-porandakan martabat bangsanya. Sungguh jauh dari maksud melakukan balas dendam kepada mantan penjajah, tapi kita harus menyelesaikan persoalan penjajahan itu secara logis, beradab, dan beretika. Dalam konstelasi hubungan antar bangsa yang semakin intens dan tak terelakan menyentuh setiap sudut kehidupan manusia, kristalisasi persoalan kolonialisme menjadi sesuatu yang perlu diselesaikan dengan damai dan manusiawi dalam kerangka keadilan global.

Madu Baduy (https://www.tokopedia.com/madubaduy)
______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA