by

Kredo Wilson Lalengke: Nusantara Menggugat (bagian 3)

Sekedar review data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), setiap hari terdapat sekitar 49.000 orang mati karena kelaparan. Diperkirakan ada 17 % penduduk dunia ketiga atau sekitar 1,3 miliar hidup dalam kategori sangat miskin; dan lagi hampir 900 juta orang hidup tanpa persediaan bahan makanan yang cukup. Data lain mengungkapkan bahwa setidaknya ada 42 % dari total populasi penghuni bumi ini hidup dengan modal kurang dari 2,5 dollar Amerika sehari. Dari total 42 % itu hampir seluruhnya berdiam di negara-negara miskin. Sementara itu, 17 % dari penduduk negara maju hidup berfoya-foya dengan tidak kurang dari 85 dollar per hari.

Dari data yang ada, lebih lanjut memperlihatkan bahwa jika kekayaan masing-masing pihak digabungkan, maka gabungan kekayaan dari 1,2 miliar penduduk negara kaya menguasai 80 % kekayaan dunia, sementara dari 3,9 miliar orang di negara miskin hanya menghasilkan gabungan kekayaan sebesar 1,3 % saja. Bayangkan, betapa jauhnya perbedaan itu; bukan lagi antara langit dan bumi tapi ibarat neraka dan sorga. Dasyat…

Kita mungkin bertanya: apa artinya data itu? Lebih jauh, untuk apa data itu bagi dunia? Atau lebih spesifik, untuk apa data itu bagi hubungan Belanda dan Indonesia? Pada kondisi nyata, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat yang dilansir oleh CNBC Indonesia, jumlah rakyat miskin Indonesia per September 2019 sebesar 9,22% atau sekitar 24,79 juta orang dengan acuan standar hidup Rp. 440.538 per bulan atau sekitar Rp. 14.684 perhari per orang. Jika 1 dollar Amerika Serikat sama dengan Rp. 14.000, maka jumlah 24,79 juta rakyat Indonesia yang oleh BPS itu dikategorikan miskin, sesungguhnya paling tepat disebut kelompok rakyat nyaris mati, karena hidup dengan 1 dollar sehari. Bandingkan dengan standar kemiskinan dunia yang dipatok di angka 2,5 dollar AS per hari. Jadi wajarlah kalau dimana-mana wilayah di nusantara penuh jeritan stunting, busung lapar, manusia rangka berkeliaran di mana-mana, gaung-gaung kematian menderu di sudut-sudut negeri, dan seterusnya, dan seterusnya. Apakah negara peduli? Pertanyaan serupa juga berlaku buat kita semua: apakah Anda peduli? Ketika negara dan Anda tidak peduli, tentu si Belanda lebih tidak akan peduli.

Membandingkan data antara BPS dan Bank Dunia, kita bisa melihat bahwa betapa badan-badan negara Indonesia terbiasa kurang teliti, atau lebih tepatnya tidak jujur, dalam mengemukakan keadaan real masyarakat. Rakyat yang sehari-hari terlunta dalam ketidak-pastian hidupnya. Bank Dunia menyatakan bahwa prosentase orang miskin di Indonesia mencapai 43,4 %, hampir mencapai setengah dari total jumlah penduduk Indonesia. Dengan kata lain ada sekitar 115 juta orang miskin di negara ini, yang oleh Bank Dunia diperhalus ungkapannya dengan istilah ‘rentan miskin’. Artinya apa? Jika di rumah Anda ada 2 orang, maka satu di antara Anda berdua (semisal suami – istri) adalah si miskin. Semakin banyak jumlah anggota keluarga di rumah Anda, semakin besar pulalah kemungkinan jumlah “orang kere” di rumah kita. Namun, karena begitu menjamurnya kemiskinan di masyarakat Indonesia, maka ia seakan menjadi nilai sosial yang sudah normal dan tidak perlu digugat.

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA