by

Corona, Umar, dan Takdir Allah

virus corona (sumber: medscape.com)

KOPI, Jakarta – Untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) secara global, umat manusia membutuhkan langkah-langkah integratif dan multidisiplin. Individu, publik, negara, dan benua tidak akan mampu menyetop globalisasi virus corona karea kompleksitas permasalahannya. Hanya kerjasama antarpihak – baik stake holder maupun share holder – yang memungkinkan pencegahan penularan virus corona dapat berjalan simultan. Tanpa itu, rasanya agak sulit karena kompleksitas masalahnya sangat luas. Tidak hanya menyangkut pencegahan sebaran corona virus (CoV) yang tak kasat mata. Tapi juga menyangkut problem sosial, psikologi, kepercayaan dan agama di tngah masyarakat.

Karena masyarakat Indonesia mayoritas beragama Islaam, saya ingin melihat problematika wabah corona di kalangan umat Islam. Permasalahan di kalangan umat Islam yang paling krusial adalah, perbedaan pandangan akibat perbedaan tafsir dalam membaca ayat-ayat suci Qur’an. Di medsos, seorang relawan mempertanyakan, kenapa ada hadist yang menyatakan bahwa orang yang mati karena serangan wabah penyakit atau thoun dianggap mati syahid? Ini artinya orang yang meninggal karena terinfeksi CoV pun statusnya mati syahid. Mati syahid dalam perspektif Islam niscaya masuk sorga. Apakah hadist ini yang menyebabkan umat Islam tidak peduli himbauan pemerintah agar melakukan swakarantina?

Ketika pemerintah menghimbau umat Islam untuk tidak melakukan salat Jumat di masjid dan salat jamaah di mushala, ternyata tak sedikit pengurus masjid, mushala, dan masyarakat yang melanggarnya. Di mushala, adzan salat masih tetap berkumandang dan masyarakat sekitar tanpa merasa bersalah – bahkan bangga — menjalankan salat jamaah. Sebagian umat Islam, tidak melihat inti dari anjuran pemerintah untuk mengisolasi diri guna mencegah penyebaran CoV tersebut. Sebaliknya yang dilihat adalah anjurannya semata, tanpa melihat tujuannya. Akibatnya, dengan mempermainkan ayat, sebagian dari ustad atau pemuka agama, menolak anjuran pemerintah tersebut. Alasannya meyakinkan: hidup mati manusia bukan karena corona. Tapi karena Allah semata.

Banyak ayat dan hadist yang sepintas membenarkan pendapat yang mengabaikan anjuran pemerintah tersebut. Surah At-Taubah 51, misalnya, menyebutkan: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”

Juga Surah Yunus 107, menyatakan “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

https://www.tokopedia.com/madubaduy
______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA