Lalu si lelaki berkata lagi, bahwa cinta itu adalah ‘anugerah terindah dari Tuhan dan siapa yang bisa menolaknya?!’ Aku yang duduk di sebelahnya seperti biasa hanya terdiam. Tetapi terdiamku karena terjadi pergumulan di batinku. Begitu hebat! Tapi aku tahan. Aku ingin sekali berucap dengan lantang ‘kalau itu anugerah, mengapa akhirnya kamu menderita akibat dari anugerah itu?!’ Mengapa hanya cerita ‘menderita’ saja yang tertutur dari obrolan ini? ‘Mengapa chipmu susah dibersihkan…?’ Bukankah Tuhan selalu memberikan anugerah itu indah. AnugerahNya adalah hadiah untuk umat yang percaya padaNya, untuk menjadi Bahagia?
Tapi aku berusaha menenangkan gejolak emosiku dengan meneruskan menyantap sop iga terenak. Dan sesekali membersihkan mulutku dengan tisu karena kuah sop yang menetes dari mulutku.
Aku lihat si wanita pemakan pisang tetap saja santai dengan perlahan memakan pisangnya hingga tinggal sedikit. Tidak banyak bicara. Hanya sesekali berkomentar lucu yang membuat kita semua tergelak. Terlihat sekali kepandaiannya mengontrol emosinya – senyuman selalu terhias di wajahnya. Tapi, tiba tiba dia berkata ’aku ngantuk. Sudah jelang jam 9 malam’. ‘Aku ke kasir ambil bill nya dan membayar makanan dulu ya’. Wanita itu berdiri dan berjalan membelakangi aku ke kasir, yang letaknya sekitar 5 meter dari meja kami duduk. Dia berjalan dengan tenangnya, sambil memegang dompetnya.
Di sela ketidakberadaan wanita itu di depanku, aku memberanikan diri untuk mengungkapkan luapan gemuruh hatiku kepada si lelaki itu. ‘hei… mengapa kamu tidak meminta kepada Tuhanmu, agar cintamu hilang kepada dia – wanita si pemakan pisang goreng itu…???!!!’ Lalu si lelaki hanya diam membisu seolah-olah tak mau mendengar… Dia tetap saja menginginkan wanita si pemakan pisang goreng itu agar tetap mencintainya lagi. Sambil menunjukkan wajah kecutnya. Wow, padahal sudah berlalu lebih dari 20 tahun?!
Comment