by

Jadilah Macan, Jangan Badak

Oleh: Simon Syaefudin, wartawan/penulis

KOPI, Bekasi – “Nak, jadilah macan. Jangan badak. Badak hanya mengandalkan ototnya. Tapi macan, mengandalkan otak, strategi, dan otot,” kata ayah bijak Mahavir Singh Phogat (Aamir Khan) kepada dua putrinya Geeta dan Babita dalam film Bollywood berjudul Dangal yang tayang di Indonesia belum lama ini.

Aamir Khan, bintang Bollywood yang film-filmnya laris ini, melalui Dangal benar-benar menyadarkan publik India – bahkan di seluruh India – bahwa kaum perempuan, bila dilatih dengan keras dan disiplin, maka akan menjadi “macan” yang luar biasa. Tak hanya membanggakan keluarganya, tapi membanggakan kaumnya di India dan seluruh wanita di dunia.

Film ini berkisah tentang problem keluarga mantan pegulat India, Mahavir Singh Phogat, juara gulat (wrestler) nasional India, yang ingin karir gulatnya diteruskan anak-anaknya. Tapi apa daya? Ternyata, kedua anaknya perempuan. Dan anak perempuan, di mata publik India adalah kaum kelas dua.

Mayoritas orang India menganggap perempuan adalah manusia kelas dua. Kaum wanita kurang berharga sehingga bila ingin bersuami pun, harus memberi mahar kepada lelaki pilihannya. Tapi Phogat tak putus asa. Menyadari kedua anaknya perempuan, Phogat berpikir keras: bagaimana harus mewariskan hobinya sebagai pegulat.

Phogat pun memutuskan anak perempuannya harus menjadi pegulat, meski mendapat tantangan dari istri dan keluarga besarnya. Tiap hari Phogat melatih kedua putrinya dengan disiplin ketat, sehingga Geeta dan Babita sempat memprotes ayahnya. Keduanya nyaris tak sanggup mengikuti latihan keras tersebut.

“Geeta dan Babita. Ayah sengaja melatihmu dengan keras agar kelak kau menjadi wanita kuat dan mandiri. Kalian tidak perlu takut tidak mendapat suami. Kelak kalian bisa memilih suami terbaik karena kalian adalah wanita terbaik di India,” kata Phogat.

Usaha keras Phogat akhirnya berhasil. Geeta dan Bitapun setapak demi setapak menjadi pegulat yang disegani. Mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabutapen, propinsi, nasional, sampai kemudian juara internasianal (Commonwealth Wrestling Championship – CWC 210) yang diikuti 50 negara bekas jajahan Inggris.

Begitu pula Babita. Ia pun menjadi juara gulat nasional dan internasional di tahun berikutnya.

Selama dua jam lebih, saya tersihir dengan jalannya cerita film ini, nyaris tak terasa film sudah usai. Perasaan bangga, senang, dan sedih becampur baur sampai tetes air mata bahagia dan sedih menyatu dalam setiap momen.

Sang sutradara mampu memadukan antara drama keluarga, kerasnya latihan olahraga gulat, dan sengitnya pertandingan gulat. Juga liciknya sang pelatih gulat nasional India, kecintaan Geeta dan Babita kepada ayahnya yang mendidik dengan keras (tapi tetap mencintai putrinya dengan lembut), hubungan batin yang luar biasa antara anak dan ayah, serta pesan-pesan universal Phogat terhadap putrinya.

Tarian indah India yang ditingkahi panorama menakjubkan alam Hindustan serta tingkah lucu rakyat kecil yang menggelikan, membuat film Dangal sempurna sebagai “hiburan sekaligus pelajaran hidup yang sangat berharga.”

“Nak jangan pernah berpikir mendapat medali perunggu. Kau harus mendapat emas. Dengan medali emas kau akan dicatat dunia dan perempunan di dunia akan bangga terhadapmu dan menjadikanmu pahlawan yang menginspirasi kaummu,” kata Phogat kepada Geeta sebelum bertanding melawan pegulat Australia dalam CWC 2010 di New Delhi.

“Saya menangis campur haru menonton film ini. Sejak awal saya tak beranjak dari duduk, menikmati film India yang luar biasa ini,” kata Denny JA, pendiri LSI, usai nonton film Dangal. “Saya sudah menonton dua kali,” kata Fahd Pahdepie, penulis buku laris, alumni Pondok Pesantren Darul Arqom Muhammadiyah Garut dan Monas University, Australia ini.

Teman-teman, cobalah sempatkan nonton film Dangal untuk menyegarkan pikiran dan perasaan kita setelah “terkungkung” drama politik Pilkada. Di sana ada oase hati, makna kerja keras, kejujuran, dan cinta. Indah! Tidak seperti drama Pilkada.

Film ini ada di YouTube. Anda bisa melihatnya gratis.

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA