Ajakan ini menghadirkan banyak figur baru. Lalu masuk dalam diri ke-ABG-an seorang anak gadis yang dipanggil ‘Rina’. Ya, akulah Rina.
Ada beberapa tokoh panutan dalam keIslaman yang mengantar aku mengakhiri usia remaja, menuju satu sosok perempuan utuh. Seperti aku sekarang ini.
Panutan yang patut aku teladani akan kedermawanan dan kehausannya menimba ilmu pengetahuan adalah Denny Januar Ali. Orang menyingkat namanya: Denny JA. Aku memanggilnya Kak Denny. Selanjutnya tentang Kak Denny akan menjadi inti sari tulisanku ini.
A. Teladan Diskusi
Kak Denny sejak awal adalah satu figur virtual pria muda yang cukup sempurna di mata seorang gadis seperti aku. Dia cerdas, komunikatif dan kadang berlalu lalang dengan mobil mungil berwarna hijau muda, sehingga nampak “untouchable”. Nada suaranya dalam dan bergema. Dia mampu menerangkan pikirannya dengan sangat bagus. Dia, seperti seorang kakak, punya sikap membimbing dan mengarahkan, meski usianya saat itu masih sangat muda.
Syukurlah aku bukan tipe gadis yang cepat naksir lawan jenis. Walaupun cinta monyet sangat wajar hadir menghinggapi ABG yang cukup gaul sepertiku.
Aku bersyukur dalam mengakhiri masa remaja, di sampingku ada Halimah. Seorang wanita yang berkarakter kuat, memiliki karir dan masa depan. Gadis kelahiran Ciledug, Cirebon ini adalah penyair dan novelis. Salah satu novelnya – Sucinya Cinta Sungai Gangga – berkisah tentang “cinta suci sedarah” yang berakhir tragis di India. Novel ini menggetarkan, siapa pun yang membacanya. Kalimat-kalimatnya indah. Plot ceritanya berkelindan dan mengejutkan.
Tidak seperti kisah novel “Sucinya Cinta Sungai Gangga” — cinta Halimah berjalan mulus. Cinta pertama Halimah setelah bertemu Munawir di KSP, berlangsung indah. Munawir adalah pria yang tampan, berwawasan, dan pekerja keras. Kedua anggota KSP itu, akhirnya memutuskan untuk menikah. Alhamdulillah, mereka tampak bahagia hingga kini. Tak pernah mengalami trauma kehidupan seperti kisah “Kidung Volendam” — novel lain karya Halimah yang luar biasa dengan setting perbedaan budaya Indonesia dan Belanda.
Halimah adalah satu-satunya teman perempuan di KSP. Aku pernah berdua dengannya ikut pesantren kilat di Bogor. Sejak saat itu kami berteman akrab di KSP. Sampai sekarang pun, Halimah masih menjadi temanku yg paling dekat.
Mungkin di antara sepuluh orang yang aktif berdiskusi setiap hari Minggu sore di KSP, usiaku paling muda. Tapi tak mengapa. Karena di KSP, kami bersaudara, menghargai dan saling menjaga.
Comment