by

Denny JA, Sang Sufi Moderen

Amat sering saya dimintai menjadi penghubung antara kawan-kawan dan Denny. Apa lagi Denny sering mengatakan jika ada perlu ke dia, hubungi Elza. Tak berbilang Denny membantu banyak kawan. Ada juga yang pinjam uang. Tapi kemudian tak mengembalikan pinjaman. Saya sering minta maaf kepada denny karena kawan yang saya rekomendasikan pinjam uang tak berniat mengembalikan uang. Tapi Denny sikapnya biasa saja. Tak sekalipun ia mengomel. Ia sering bertanya, jika ada kawan tak mengembalikan pinjaman, “Apakah kawan kita itu sedang kesulitan, Elza”.

Seorang Demokrat

Sebagai teman, Denny amat bersahabat dan hangat. Jika bicara ia bisa diajak becanda tapi juga bisa serius. Tapi kapan pun kita bertemu selain percakapan rileks dan ringan, ia pasti menyelipkan sesuatu yang serius yang sedang menjadi obsesinya. Jika ia sedang terobsesi pada sebuah buku atau gagasan, ia akan amat bersemengat menceritakan itu pada semua orang. Cara bicaranya yang menarik, pilihan katanya yang runtut membuat dialog dengan Denny selalu cerdas dan berisi.

Banyak yang mengatakan Denny itu cuma seorang pebisnis yang mencari uang. Ia tak punya idelogi sebagai alat perjuangan. Apapun akan dikerjakannya jika itu menghasilkan uang. Saya kira itu penilaian yang keliru.

Hal itu muncul karena orang melihat kiprah Denny sebagai konsultan politik yang sering mendukung calon yang dianggap tak patut didukung oleh seorang Denny yang berlatar belakang aktivis. Sebagai konsultan politik Denny akan mendukung seorang calon, siapan dia, jika sang calon punya kans untuk menang dan mereka bersepakat. Tak mungkin mendukung calon yang baik tapi tak punya kans untuk menang. Apa lagi dalam politik, pilihannya bukanlah memilih calon yang terbaik di antara yang baik. Tapi “memilih calon yang buruk di antara yang terburuk”.

Untuk menilai seorang Denny, lihatlah dari tulisan-tulisannya yang terbit dalam puluhan buku. Apa lagi kini amat produktif menulis. Tiap hari ia menulis. Baca semua tulisannya. Tak banyak penulis yang seproduktif Denny. Dari tulisannya itu kita kemudian bisa menilai siapa Denny JA, apa ideologinya.

Bagi saya Denny itu seorang inteletektual sekaligus seorang demokrat. Ia mendukung tinggi demokrasi sebagai jalan bagi sebuah bangsa untuk maju dan berkembang. Semua tulisannya memperlihatkan sikapnya membela demokrasi. Ia terbuka untuk dikiritik, sekalipun kritik itu menghina dia. Dihina dengan bahasa apa pun, Denny tak akan terpancing untuk membalasnya. Ia juga tak terpancing untuk marah. Ia jalan sendiri dengan keyakinannya, dengan pendapatnya dan siap menempuh resiko apa pun dengan orang yang berbeda.

Madu Baduy (https://www.tokopedia.com/madubaduy)
______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA