by

Denny JA, Sang Sufi Moderen

Buku tersebut kemudian menjadi sasaran tembak sebagian kelompok Islam. Kelompok tersebut beranggapan, buku Pergolakan Islam berbahaya bagi umat. Muncul berbagai aksi dan demonstrasi. Pak Djohan kemudian mengundang anak-anak muda dan mendiskusikan buku kontrovesil itu di rumahnya. Diskusi Itulah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Kelompok Studi Proklamasi (KSP). Tujuan utama kami, diskusi itu untuk memperdalam agama Islam yang terbuka dan modern.

Sejak itu hampir tiap hari minggu selama bertahun tahun kami berkumpul di rumah Pak Djohan yang mewakafkan waktu dan tenaganya menemani kami. Selain kami berdua, juga berkumpul Budhy Munawar-Rachman, Jon Minofri, Jojo Rahardjo, Ali Samudra Allah, Halimah, Muhammad Asrun, Munawir, Rina Nazrina, Syaefudin Simon, Agus Edy Santoso, dan lain-lain.

Makin lama Kelompok Studi Proklamasi (KSP) makin mengkristal dan berubah gerakannya. Diskusinya tak hanya soal Islam. Tapi juga soal pembangunan dan kebangsaan. Dari hanya sekedar diskusi internal di antara kami, kelompok ini kemudian aktif mengadakan diskusi di berbagai kampus. Hasil diskusi sering diliput media masa. Denny kemudian dipilih menjadi ketua pertama dari Kelompok Studi Proklamasi. Ia kemudian terpilih kembali menjadi ketua dua tahun berikutnya.

Sayangnya kelompok ini kemudin bubar karena perbedaan pendapat di antara kami. Saat pemilihan ketiga, saya dan Budhy ingin Denny lengser. Tapi Denny dan kawan yang lain ingin bertahan. Kami kemudian memilih bubar dan membangun kelompok masing masing.

Setelah KSP bubar, saya bersama Halimah, Rina dan Budhy Munawar mendirikan lembaga baru bernama Lembaga Kajian Masyarakat Indonesia. Sedangkan Denny bersama Jon Minofri dan Jojo mendirikan lembaga yang lain. Sejak bubar, praktis hubungan kami juga dingin dan buruk.

Kembali ke pertemuan awal dengan Denny. Kali pertama bertemu, saya sudah punya rasa kagum pada Denny. Ia bicara runtut, kalimat teratur, mudah dicerna, dan suara kencang. Tapi yang paling penting, bacaannya luas. Ia mengutip berbagai buku dengan canggih untuk mempertahankan argumentasinya. Padahal waktu itu, sebagian kami masih mahasiswa tingat dua atau tiga.

Sejak pertamuan pertama itu kami kemudian akrab. Tiap minggu bertemu seharian di rumah Pak Djohan. Setelah pertemuan biasanya kami pergi ke tempat lain menghabiskan waktu.

Bawang Tunggal Madu (https://www.tokopedia.com/madubaduy)
______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA