Meski riuh, Puisi Esai tetap berkembang dan terus melangkah, layaknya sebuah bangunan candi dalam peradaban modern. Ia terus memahat relief-relief di dinding jejak digital, dengan berbagai cerita kehidupan fakta dalam fiksi atau fiksi dalam fakta Puisi Esai, yang kelak akan menjadi warisan budaya berharga bagi generasi berikutnya. Puisi esai tidak hanya berkembang di Indonesia tapi juga di wilayah ASEAN sebagai sastra diplomasi. Denny JA layak mendapat ucapan selamat untuk itu.
Denny JA tidak hanya piawai meramu ide-ide kreatif yang tertuang dalam tulisan berupa puisi, tapi juga menulis esai dan renungan yang menyeruak kedalam batin. Setiap hari ada saja tulisan yang disumbangkan Denny JA melalui media sosial seiring dengan profesinya sebagai pakar politik. Di antara karya tulis Denny JA yang tak kalah menarik adalah berbagai review tentang Film yang selesai ditontonnya. Reviewnya menurut saya dahsyat, dan apik sehingga terkadang reviewnya lebih dahsyat dari film itu sendiri; penggambaran situasi dan tokoh, serta uraian yang sarat imajinasi membawa pembaca mebayangkan ril film tersebut, apalagi ditambah dengan kajian-kajian humanis yang disisipkan. Saya sungguh senang membacanya, dan sangat membantu memahami film-film tersebut ketika ditonton, atau kadang cukup membaca review film dari Denny JA rasanya seperti sudah menonton film itu sendiri. Denny JA kaya imaginasi dan perenungan.
Sebagaimana dikatakan ‘di belakang seorang lelaki yang sukses ada perempuan tangguh’. Itulah yang terjadi pada Denny JA atas dedikasi dan apresiasinya terhadap dukungan penuh keluarga yang memberikan ruang dan waktu untuk membangun kreativitasnya. Ibarat lirik lagu yang ditulis oleh Arswendo Atmowiloto dan Hari Tjahjono dengan judul “Harta Berharga” maka pada diri Denny JA pun berlaku salah-satu liriknya, “puisi yang paling bermakna adalah keluarga”. Denny memilikinya.
Kampung Dukuh, 2020
Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org
Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini
Comment