by

Denny dan Puisi

Fatin Hamama

Fatin Hamama, Penyair/Alumnus Universitas Al Azhar, Kairo

KOPI, Jakarta – Pada kenyataanya, Denny JA dan hobby menulis puisi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Semenjak masa muda Denny JA sudah sangat ‘getol’ menulis puisi; apa saja yang menarik baginya ditulisnya sebagai puisi.

Menurut penuturannya, Denny JA mulai menulis puisi semenjak masih di bangku sekolah. Dan saat itu dia sering ‘nongkrong’ di Taman Ismail Marzuki (TIM). Denny JA memulai karirnya dari menulis.

Sesudah berkeluarga Denny JA — sang putra Sriwijaya dari keluarga terpandang — beruntung tetap bisa merawat hobby dan kebiasaannya menulis. Bahkan malah menemukan semacam ‘momentum’ yang kuat saat dari waktu ke waktu atau di hari-hari istimewa selalu menghadiahkan puisi-puisi indah kepada sang isteri, ‘kak Mulia’, keturunan Menak Sunda dan keturunan ‘Sidi’ yang dalam masyarakat Minang Pariaman dikenal dengan istilah ‘Urang Babanso’. Beliau nampak sangat bahagia saat menceritakan romantisme mereka berdua.

Saya pikir ini suatu hal yang amat jarang dilakukan oleh orang-orang kebanyakan, kecuali kepenyairan sudah mendarah daging dalam dirinya. Dikatakan ‘orang jatuh cinta akan mendadak jadi penyair’ dan penyair yang sejati mempunyai romantisme yang langgeng dan berkesinambungan dari waktu ke waktu. Kehidupan Denny JA menjadikan puisi sebagai media merawat hubungan cinta dan kasih sayang pada istri dan keluarga.

Boleh jadi, karena romantismenya itu, Denny JA menjadi perenung dan suka melakuan pengamatan introvertif kedalam batin, sambil menjelajahi cakrawala pemikiran tentang kehidupan yang lebih luas. Suatu hari istrinya mengundang saya mengajak kami bertemu sehubungan dengan adanya gagasan Denny JA, yang menurutnya tengah ‘hamil besar’ dan segera akan melahirkan sebuah karya kreatif yang belakangan disebutnya ‘Puisi Esai’.

Tulisan berupa puisi tapi juga pada saat yang sama memasukan data dan hasil riset tentang fakta kehidupan sosial dalam bentuk catatan kaki yang menjadi bagian tak terpisahkan dari puisi itu sendiri. Maka puisi tidak hanya menyangkut susunan kata yang indah tetapi juga memuat informasi dan fakta dari realitas kehidupan, sesuatu yang menjadikannya lebih fleksibel untuk membicarakan berbagai isu yang menjadi perhatian masyarakat seperti isu diskriminasi, demokrasi, dan lain-lain. Sebuah penulisan puisi yang keluar dari tradisi puisi kebanyakan, sehingga wajar memicu kontroversi di kalangan masyarakat; seperti halnya dinamika kehidupan tidak semua orang dapat menerima namun tidak semua orang juga menolak.

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA