Padahal cita-cita utama pendirian BATAN oleh para founding fathers bangsa adalah untuk — suatu saat kelak — mampu mendirikan PLTN. Keberadaan PLTN adalah untuk menopang kebutuhan energi listrik yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Bayangkan! Apa yang bisa kita harapkan untuk mengembangkan teknologi nuklir jika reaktor nuklir yang modern dan mumpuni saja tak punya? Ilmuan nuklir tanpa reaktor nuklir bagaikan macan ompong. Ia hanya bisa mengaum. Tapi tak bisa mengkremus buruannya. Macan tumpul ini akan kelaparan. Lalu mati.
Bayangkan! Apa yang bisa harapkan untuk menyiapkan kecukupan energi nasional jika BATAN sampai hari ini belum punya PLTN? Apa yang jadi kebanggaan ilmuan nuklir jika “industri listrik” nuklir tak ada? Negara-negara maju sudah mengembangkan reaktor fusi dan fisi untuk menghasilkan energi listrik. Kita?
Indonesia? Kita masih berjalan di tempat. Tragisnya, yang dikembangkan adalah ketakutan terhadap teknologi nuklir. Frame ingatan publik masih membingkai kesan: energi nuklir memancarkan radiasi berbahaya. Energi nuklir identik dengan bom atom. PLTN adalah pencipta kota hantu Chernobyl. PLTN gampang meledak. Dari ledakannya akan menyemburkan panas dan radiasi yang mematikan.
Aku sering membatin: kenapa pikiran bangsa ini terjebak di lorong buntu tanpa harapan? Untuk apa negara memberi beasiswa pada ratusan anak bangsa belajar ilmu dan teknologi nuklir ke Amerika, Inggris, Perancis, dan Itali? Mahal, tapi sia-sia?
Kadang aku membatin: Apakah ilmuwan nuklir masih diperlukan negeri ini? Jika masih, kenapa selama ini terjadi penumpulan kecerdasan? Kenapa kader-kader bangsa ini terlantar? Aku sering berdoa: berilah kami tantatangan. Berilah kami cahaya harapan.
Apa yang ingin aku curhatkan: kenapa negeriku sampai hari ini tak punya Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)? Bagiku, PLTN adalah masterpiece dari pemanfaatan energi nuklir untuk manusia. PLTN harusnya menjadi primadona sumber energi listrik di Indonesia. Tapi faktanya?
Aneh. Sampai sekarang, PLTN masih terlukis sebagai senjata penghancur manusia super canggih. Kasus Chernobyl, Three Miles Island, Kashiwazaki dan terakhir Fukushima menjadi rujukan bahaya PLTN.
Indonesia, negeri yang sangat luas. Jika kita tempelkan peta Indonesia dari Sabang sampai Merauke, panjangya persis sama dengan negara-negara anggota Uni Eropa.
Comment