Menurut saya, Denny menganut ideologi keterbukaan dengan kuat. Dia mengatakan saja apa yang dia rasakan. Dia tidak memilih untuk mengatakan hal yang menguntungkan dia saja. Dia juga mengatakan hal-hal yang dialaminya dengan santai, bukan maksud untuk mengeluh atau sedang menderita. Hal semacam ini juga bagian dari humanisnme
Jadi, kalau sekarang Denny terlihat dermawan, itu bukan tiba-tiba. Itu akarnya adalah idiologi humanisme yang dia anut sejak lama.
Kedua: Punya sikap solidaritas yang tinggi
Layaknya seorang humanis, Denny juga mempunyai jiwa melankolis (dalam arti positif). Dia gampang terharu, tersentuh, dan gampang menangis. Dia sering menangis terhadap hal-hal tertentu, yang bagi orang lain mungkin biasa saja.
Ini contoh pengalaman pribadi saya soal Denny melankolis. Saya secara tidak sengaja, mengirimkan lagu “Ayah” di WAG. Beberapa hari kemudian, ketika bertemu dia bercerita bahwa dia mendengarkan lagu itu dengan seksama, dan dia menangis mendengarkan lagu “Ayah” itu.
Memang, basisnya Denny memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Solidaritas itu adalah sentuhan persahabatan. Dia cepat tersentuh karena hal-hal yang dialami oleh orang lain, apalagi yang dekat dengannya. Hal buruk yang dialami seorang teman, bisa membuat Denny merenung. Baik yang diketahuinya sendiri dari teman itu, maupun yang diberitahu atau dijelaskan oleh kawan lain. Singkat kata, Denny sering tersentuh jika teman mengalami hal yang buruk.
Bentuk solidirirtas lain, misalnya, Denny sebenarnya tidak tertarik dengan korban Rohingya jika dia mendapat informasi tentang pengungsi itu dari membaca koran atau berita. Tetapi, jika ada orang lain, atau teman yang menjelaskan kepada dia tentang Rohingya, bisa jadi dia akan tersentuh, dan mungkin mau membantu.
Jika saya bilang bahwa saya ingin membantu Rohingya dia tidak merespon. Tapi jika saya mengangatakan akan membuat pembacaan puisi untuk korban Rohingya, baru dia mau membantu. Jadi, Denny harus disentuh melalui puisi agar cepat tersentuh untuk membantu Rohingya.
Comment