KOPI, Malaysia – Tahun 2020 merupakan siklus sebuah kalender penanggalan China, di mana terdapat bermacam fengsui di dalamnya. Dalam fengsui, kali ini adalah tahun tikus perak yang bermakna kebijaksanaan dan kecerdasan. Fengsui merupakan lambang keberuntungan bagi yang meyakininya ini karena etnis Tionghoa di manapun berada tetap meyakininya sebagai sesuatu yang sakral.
Di Malaysia, etnis Tionghoa menyambut tahun imlek atau tahun tikus perak dengan sederhana, tidak terlalu obsesi pada fengsui ini. Menurut beberapa versi, tahun tikus perak kali ini kurang membawa keberuntungan, tidak seperti fengsui lainya seperti fengsui babi dan anjing.
Etnis Tionghoa datang ke berbagai wilayah dan daerah di Asia dan Asia Tenggara sekitar pada abad ke 15 hingga pertengahan abad ke 20 yang berprofesi sebagai tenaga buruh. Namun, di Malaysia, kali ini etnis Tionghoa menjadi penduduk terbanyak kedua setelah etnis Melayu, dengan populasi 7.500.000 atau setara 26.01 persen mengikuti data kependudukan nasional Malaysia tahun 2016.
Etnis Tionghoa juga memiliki suku dan bahasa yang berbeda-beda. Yang paling banyak adalah suku Han, dan memiliki bahasa yang berbeda yaitu Mandarin, Hikkien dan lain-lain.
Lazimnya, etnis Tionghoa yang menghuni beberapa negara di dunia masih lekat dengan budaya dan tradisi nenek moyang mereka yang sangat beraneka macam gaya dan budaya. Hal itu menjadi kebanggaan dan merupakan kebutuhan bathin dalam prospek keagamaan.
Etnis Tionghoa merupakan etnis yang paling banyak berdomisili di berbagai negara. Jadi tidak heran setiap ada upacara keagamaan atau upacara kebudayaan terjadi di banyak daerah yang berpenghuni etnis Tionghoa.
Dan, biasanya etnis Tionghoa di manapun berada menjadi pengelola ekonomi yang paling dominan untuk kemajuan daerahnya. Ini karena etnis Tionghoa memiliki berbagai macam skill dan kemampuan untuk berkolaborasi pada setiap keadaan.(Mag).
Comment