Padahal, apa yg disebut sahabat, mestinya terbukti dalam jangka panjang. Di kalangan Ahlul Bait (yang kini dicap Syiah dan dianggap sesat) sahabat adalah orang yang bersahabat dengan Rasul, berjihad bersama Rasul dan sepanjang hidupnya tidak pernah mengkhianati Rasul. Jika itu definisinya, sahabat Rasul jumlahnya sedikit sekali. Ali salah satunya.
Buya Syakur mengambil contoh Abu Hurairah, perawi hadist yang luar biasa. Kata Buya, Abu Hurairah itu masuk Islam tiga tahun sebelum Rasul wafat. Logis tidak jika Si Ayah Kucing ini meriwayatkan puluhan ribu hadist? Jauh ketimbang hadist riwayat Ali yang sejak kecil bersama Nabi dan menjadi menantunya? Rupaya Abu Hurairah ini, ungkap Buya, selalu menempelkan kata Qoola Rasulullah setiap mendengar selentingan berita atau cerita fiksi tanpa cek n ricek. Tragisnya hampir semua hadist yang bersumber dari Abu Hurairah dianggap sohih. Padahal, kata Buya, setelah ditelusuri hadist-hadist riwayat Abahnya Kucing ini banyak yang tidak logis dan jauh dari akhlak Rasul.
Waktu jadi Gubernur Syam, Abu Hurairah menjadi tersangka korupsi dan dipecat Khalifah Umar. Fakta ini sebetulnya sudah menggugurkan Abu Hurairah sebagai sahabat Rasul. Tapi itulah yang kita terima hari ini. Abu Hurairah adalah perawi hadist yang dipuja mayoritas umat Islam.
Kembali kepada kata ummi. Sampai hari ini tafsirnya adalah buta huruf. Muhammad sebagai nabiyil ummiyyi — Muhammad adalah seorang Nabi yang buta huruf. Logiskah? Muhammad berasal dari suku Quraisy, suku terpandang di Jazirah Arab. Muhammad berasal dari Bani Kilab dan Bani Hasyim — turunan keluarga terhormat. Di masa mudanya ikut berdagang ke Syam. Bahkan dipercaya menjadi tangan kanan pengusaha Khadijah, seorang wanita Nasrani yang cerdas. Bahkan saking smartnya Khadijah jatuh cinta dan menikah dengan Muhammad.
Mungkinkah wanita super smart, kaya, dan cantik mau menikah dengan pemuda buta huruf? Nonsense. Kecuali Khadijah tahu Muhammad adalah pria tampan, cerdas, dan brilian. Itulah sebabnya Tuhan menurunkan Wahyu kepada Muhammad.
Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.
Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini
Comment