by

Kredo Wilson Lalengke: Nusantara Menggugat (bagian 1)

Kembali kepersoalan penjajahan Belanda atas Indonesia; adakah elemen etika yang dapat membenarkan atau menjustifikasi keberadaan Belanda dengan berbagai kebijakan dan kekejamannya di tanah air Indonesia di masa lalu? Ketika bangsa itu datang dan mengambil manfaat atas kekayaan alam, berdagang dengan todongan senjata, membunuhi rakyat, menarik upeti dan pajak, kerja paksa tanpa upah, jual-beli budak, dan kekejian lainnya pada masa lalu, bolehkah kita yang hidup di masa kini membiarkannya berlalu begitu saja? Atau dengan pertanyaan sederhana: apakah kita sebagai generasi saat ini, masih dapat dikatakan beretika dan bermoral ketika membiarkan saja sejarah kelam itu berlalu tanpa melakukan sesuatu untuk “memperkarakannya”? Pertanyaan terakhir inilah sesungguhnya yang menjadi inti kajian dalam tulisan ini. Benarkah sikap dan tindakan bangsa Indonesia saat ini yang mendiamkan saja coretan hitam sejarah kolonialisme Belanda itu?

Menurut Filsuf Inggris, John Lock, ketika seseorang mengambil hak milik orang lain tanpa didasari oleh nilai dan pertimbangan moral yang benar, maka perbuatan itu adalah sebuah kesalahan atau dosa. Prinsip tersebut diamini oleh hampir seluruh umat manusia di bumi ini. Oleh karena itu, penjajahan dikecam dimana-mana dan hampir pasti tidak ada satu bangsapun lagi yang masih hidup sebagai bangsa terjajah hari ini. Bangsa-bangsa yang dulunya berperan sebagai penjajahpun sudah menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh nenek moyang mereka adalah sesuatu yang salah. Tidak dapat dibenarkan, baik oleh standar moral saat itu apalagi dengan standar nilai-nilai humanisme yang menjadi tren masa kini.

Persoalanya, adakah kita sudah beretika jika telah sampai pada kesimpulan bahwa penjajahan adalah sebuah kesalahan dan dosa? Dalam konteks ini, tentunya dosa yang dimaksudkan merupakan dosa kolektif atas kelompok masyarakat lainnya. Masih menurut John Lock, ketika sebuah tindakan mengambil alih hak kepemilikan dari seseorang secara tidak adil, maka pada saat hal itu disadari, kesalahan itu harus dikembalikan kepada kondisi yang dapat dibenarkan oleh moralitas kemanusiaan kita. Lockean proviso, istilah etika filsafatnya Robert Nozick yang dikembangkan dari pemikiran John Lock, memberikan jembatan penghubung sebagai jalan keluar bagi “membenarkan” sebuah kesalahan di masa lalu menjadi sesuatu yang dapat diterima secara bermoral di masa kini. Kegiatan “mem-benar-kan” (menjadikan benar) atau “meng-adil-kan” (menjadikan adil) tersebut dapat ditempuh dengan cara mengembalikan hak kepemilikan yang didapat secara immoral itu kepada sipemilik awal atas hak dimaksud.

Penjajahan Belanda merupakan salah satu yang terburuk dalam sejarah peradaban manusia. Membandingkannya dengan bangsa penjajah lainnya seperti Inggris, kesengsaraan akibat kolonialisme Belanda terhadap Indonesia hampir tidak dapat dimaafkan. Banyak orang heran, bagaimana generasi bangsa penjajah (Belanda) saat ini dapat hidup tenang tanpa beban ketika mereka menikmati kemakmuran negerinya yang jelas-jelas merupakan hasil merampok bangsa lain dimasa lalu. Dihasilkan oleh tangan-tangan kotor berdarah nenek moyang mereka. Ibarat makan, bagaimana tidak berhatinya generasi Belanda ketika makan dengan lahap hidangan yang tersedia, sementara dia tahu bahwa makanan yang disantapnya itu adalah hasil yang diperoleh atas derita bangkai-bangkai manusia tak berdosa beratus tahun lalu. Inggris dan negara penjajah lainpun tidak luput dari keadaan ini.

Madu Baduy (https://www.tokopedia.com/madubaduy)
______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA