Tim Evakuasi Juga Merasa Janggal
Kejanggalan kematian Fikri dan Jumadi pun disebut Hasnah sempat disampaikan oleh tim evakuasi dari Wanadri yang menemukan jasad anak dan menantunya itu. Sebab dalam analisa mereka kondisi jurang jatuhnya kedua korban bukan trek yang terjal apalagi bagi yang terbiasa mendaki.
“Kan dia meninggal di gunung, katanya jatuh 300 meter, tapi kok bisa jatuh berdua sekaligus dengan jarak berdekatan dan baju mereka nggak robek-robek kalau memang jatuh, lalu barang mereka kemana,” tambahnya mengutip yang disampaikan anggota salah satu tim.
Keluarga Sempat Tolak Otopsi
Mengingat kondisi jasad kedua korban yang sudah membusuk, pihak keluargapun menolak untuk dilakukan otopsi dan diputuskan untuk segera membawa jenazah ke Jambi dan langsung dimakamkan. “Untuk otopsi itu mendatangkan tim forensik dari Palembang. Sebagai seorang ibu saya tidak tega anak saya dibedah-bedah lagi, apalagi kondisi jasadnya dari hasil visum sudah patah-patah,” ungkap Husnah.
Ada Pendaki pada Saat yang Sama
Sebagaimana ditulis kakak korban M. Fikri yang juga istri mendiang Jumadi di akun ‘Pendaki Sumatera’, dia menyebutkan perihal adanya pendaki lain selain adik dan suaminya. Salah satu pendaki berinisial MG, warga Pagaralam menceritakan bahwa memang benar mereka bertemu dan sempat berbincang dengan kedua korban. Dimana selain mereka (korban dan MG) juga terdapat seorang peziarah yang diketahui sudah bertapa selama 13 hari di puncak Gunung Dempo dan MG sempat berbincang-bincang dengan peziarah tersebut.
Comment