Aku terdiam. Hanya senyum. Aku tahu, kalau Agus sudah bicara seperti itu, niscaya dia akan menelanjangi orang-orang sekeliling Jokowi. Kalau aku meladeninya, bisa tidak tidur semalaman.
Agus, memang, selalu melawan rejim, siapa pun. Karena baginya, rejim di Indonesia tak peduli keadilan dan kemanusiaan.
“Lalu, siapa yang kau kagumi di Indonesia ini Gus?,” sergahku.
“Aku mengagumi Pak AR Fachrudin!”
Ha? Kali ini aku terkejut. Bukankah Agus tidak pernah jadi aktivis Muhammadiyah? Lagi pula Agus dan teman-temannya adalah orang-orang liberal?
“Pak AR adalah pribadi panutanku. Sederhana, peduli orang miskin, tidak gila jabatan, dan membangun persaudaraan antarumat,” ungkap Agus.
Ternyata aku salah terka. Meski aku dekat dan sering mengobrol dengan Agus, aku tak tahu kalau Agus pernah jadi bendahara Lazis Muhammadiyah. Agus di ‘sana” karena dia tahu, Muhammadiyah itu amanah dan peduli wong cilik.
Agus Edy Santoso – sering dipanggil teman-temannya Agus Lenon (karena dia penggemar penyanyi The Beatles, John Lennon ) kini telah meninggalkan kita semua. Sakit jantung yang menderanya, menyebabkan Agus menghembuskan nafas terakhir di RS Harapan Kita, Jakarta Jumat malam (10/01/2020).
Comment