Sementara itu Denny sejak tahun 80-an awal sudah lebih spesifik dalam soal akan menjadi apa atau siapa dia di masa depan. Maka ia sudah tentukan rel untuk mencapainya sejak ia masih mahasiswa, yaitu ia harus sekolah di luar negeri untuk bisa memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni. Ia memilih menekuni dunia politik. Ia juga membangun rel untuk mencapai cita-citanya itu dengan menulis artikel dan buku tentang berbagai soal politik, sosial, ekonomi agama dan kebudayaan di beberapa media besar di Indonesia. Namanya terus berkibar. Ia pun meningkatkan TOEFL-nya untuk persiapan bersekolah di luar negeri. Itu memang sebuah keharusan, karena bahasa Inggris adalah bahasa yang digunakan dalam membangun peradaban. Bukan yang lain. Ketinggalan dalam berbahasa Inggris, maka kecil kemungkinan bisa masuk ke dalam arus peradaban baru, atau bahkan sulit untuk ikut menentukan arah peradaban.
Spiritualitas
Siapa yang mengenal Denny di masa muda dulu tentu tahu bagaimana ia kadang tak memakan daging atau menjalani hidup sebagai vegan. Ia memang tak menjalaninya sepanjang waktu, tapi ia bisa menjadi vegan untuk beberapa bulan dalam setahun. Selalu ada bulan-bulan di mana Denny menjalani hidup sebagai seorang vegan. Ia juga kadang menjalani puasa tak makan dan minum di siang hari seperti puasa muslim. Semua itu menurutnya untuk meninggikan tingkat spiritualnya.
Tak hanya puasa, Denny juga rajin mengikuti praktek spiritual Subud yang terkenal di Jakarta Selatan. Ia sering bercerita tentang pengalaman spiritualnya yang ajaib selama mengikuti kegiatan di Subud.
Penelitian nueroscience menemukan kaitan antara meditasi dan fungsi otak yang menjadi maksimal. Nampaknya kegiatan spiritual Denny di Subud telah memaksimalkan fungsi otak Denny sejak muda. Puasa-puasanya juga sering dikaitkan dengan keinginannya untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Besar. Tak heran jika sejak masih di masa mahasiswa Denny memiliki kwalitas tulisan yang dipuji banyak para penulis senior.
Comment