by

Cegah Stunting, Puskesmas Ulu Rawas Giatkan Sadar Gizi di Kalangan Milenial

KOPI, Lubuklinggau – Kepala UPT Puskemas Muara Kulam Ns. Nelly Haryanti, S.Kep beserta staf gizi sosialisasi gerakan sadar gizi di kalangan milenial bertempat di lokasi SMA Muara Kulam, Rabu (29/01/2020). Bu Nelly sapaan akrabnya, mengungkapkan gerakan sadar gizi merupakan upaya puskesmas dan jajarannya dalam mencegah stunting di Kecamatan Ulu Rawas.

Sebab menurutnya pola pencegahan stunting (Kerdil) harus komprehensip mulai dari calon ibu, ibu hamil, bayi dan balita dan harus terpadu. “Kali ini sasaran kita ialah kaum milenial para calon ibu generasi penerus, kita sosialisasikan bahayanya stunting dan upaya pencegahannya dan Insya Allah mereka menyerap apa yang kita sampaikan, peserta sangat antusias terbukti banyak siswa yg bertanya dan mengungkap senang di adakan penyuluhan seperti ini dan sangat bermamfaat,” ungkap Nelly Haryanti.

Lanjut Nelly Haryanti, sosialisasi gerakan sadar gizi pada remaja hari ini dilakukan dalam rangka memperingati hari gizi yang jatuh pada 25 Januari dengan pemberian tablet tambah darah dan langsung diminum serentak oleh siswa kelas X, XI dan kelas XII SMA (remaja – red). Menurut Nelly Haryanti, pemberian ini tadi mengingatkan kepada kaum milenial agar tablet tambah darah ini harus dikonsumsi secara rutin secara mandiri di rumah setiap bulan ketika sebelum atau pada saat haid.

Tentunya dengan adanya gerakan cegah stunting ini diharapkan remaja putri dapat menjadi duta-duta di lingkungannya sebagai pencegahan stunting. “Mereka setidaknya tau secara umum, pentingnya asupan gizi bagi ibu hamil, bayi yang dilahirkan dan tentunya yang terpenting menjaga pola hidup sehat bagi keluarga,” tambah Nelly.

Diterangkan Nelly Haryanti angka kejadian anak stunting di Kabupaten Muratara cukup tinggi di Provinsi Sum-sel dan untuk Kecamatan Ulu Rawas berdasarkan data laporan petugas puskesmas tahun 2019 tercatat 30 orang merata dari 6 desa dan 1 kelurahan. Ciri-ciri stunting antara lain tubuhnya pendek dan kurus, pendiam, wajahnya tampak lebih muda dari anak seusianya, pertumbuhan dan perkembangannya melambat, tak seperti data pertumbuhan ekonomi yang terus melesat.

Lanjutnya Stunting bukan hanya persoalan kekurangan gizi kronis, tapi ini berkaitan dengan reproduksi, kemiskinan, pola asuh, nutrisi, penyakit, dan lain-lain. Stunting menciptakan problem neurologis, kemampuan intelektual yang rendah dan keterampilan yang minim sehingga berkontribusi pada mata rantai kemiskinan.

Sambungnya sunting bukan hanya persoalan individu, tapi juga menyangkut eksistensi sebuah bangsa. Indonesia yang akan mengalami puncak bonus demografi pada tahun 2030-2040 bisa sia-sia apabila masih banyak balita gagal tumbuh akibat gizi kronis.

“Bonus demografi akan membawa dampak kemakmuran dan kesejahteraan bila generasi muda usia produktifnya sehat jiwa dan raga, sosial dan spritual,” terangnya. (Vhio)

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA