KOPI, Kediri – Adanya pernyataan dari Menkopolhukam, Wiranto yang menyebutkan besarnya pengungsi gempa Maluku menjadi beban pemerintah pusat dan daerah, disesalkan oleh kalangan pemuda asal Maluku di perantauan. Salah satu perwakilan pemuda Maluku di Kampung Inggris Kediri, Ikhsan Tualeka menganggap bahwa pernyataan Wiranto kurang pas. Menurutnya, tidak ada satupun warga yang ingin menjadi pengungsi. Namun karena merasa takut dan trauma, maka warga memilih bertahan di pengungsian.
Ikhwan melanjutkan bahwa Pak Wiranto tak perlu menjadikan kami sebagai beban, karena orang Maluku bukanlah pengemis yang merengek untuk dibantu. “Kalau pun kami menuntut sesuatu itu lebih pada menagih hak kami selaku warga negara”, tuturnya. Yang perlu diketahui, bahkan saat dalam masa pengungsian menghadirkan hikmah tersendiri. “Di situ terbangun kohesi sosial, ketika orang-orang beda agama, yang notabene pernah berkonflik, kemudian saling sambut, saling bantu, dan saling tolong,” jelasnya.
Sebelumnya dikutip dari laman suara.com tanggal 30 September 2019, Wiranto mengharapkan agar masyarakat bisa kembali ke rumah masing-masing untuk mengurangi besaran pengungsi, pengungsi terlalu besar ini sudah menjadi beban pemerintah baik pusat maupun daerah.
Hal tersebut dikemukakan oleh Wiranto menyikapi banyaknya masyarakat Ambon yang masih memilih bertahan di pengungsian, lantaran takut dengan penyebaran informasi yang belum jelas, terkait kemungkinan adanya gempa susulan maupun ancaman tsunami.
Comment