by

Farid Mustofa

Loading…

KOPI, Jakarta – Farid Mustofa, temanku di asrama Yasma Putra, Yogya. Kini santri NU asal Purwodadi itu dosen senior Fakultas Filsafat UGM. Doktor filsafat dari Universitas Leipzig Jerman itu kini laris sebagai pembicara dlm seminar atau kajian tasawuf.

Farid bercerita padaku saat menunaikan ibadah haji mencari Tuhan di Mekah. Aku berambisi mencari Tuhan. Ternyata gak ketemu — kata Farid.

“Tuhan Kau dimana?” keluh Farid. Tak mungkin Tuhan bersemayam di kubus hitam yang arsitekturnya buruk itu, ujar dosen yang gitaris ini.

Tak ada sedikit pun getaran hati atau perasaan damai ketika lihat Ka’bah. Aku malah tertawa lihat orang tawaf, sa’i, dan nangis-nangis di Kabah. Ngapain. Kayak mainan — batin Farid.

“Ah, ibadah haji gak ada apa-apanya. Setelah lama tak berhasil menemui Tuhan, ya sudah, aku berhenti mencari Tuhan. Capek pikiran. Lalu aku pun ikut -kutan salat sekedar meniru orang, terus duduk baca doa tanpa pretensi mencari Tuhan,” tutur mantan model ini.

Farid waktu muda emang ganteng, nyeniman, dan senang ngeband.

Terus?

“Tiba… tanpa aku sadari, air mata meleleh sendiri. Makin lama makin deras. Aku menangis tak berhenti. Dadaku bergemuruh. Seperti ada sesuatu yang mengguncang nuraniku. Lama aku menangis. Setelah berhenti mengucurkan air mata, baru aku sadar, jangan-jangan itulah Tuhan yang sedang kucari. Ia masuk nuraniku dan menggedor-gedor hatiku yang beku. Dia datang setelah aku pasrah, tak berambisi mencarinya lagi.” ujarnya sambil mbrebes mili. Tampaknya Farid masih terkesan dengan pengalaman batinnya yang luar biasa di Mekkah itu.

Jadi … Simon, tutur Farid, jangan mencari Tuhan dengan ambisi, nafsu, sok tahu, sok suci. Tak akan bertemu. Pasrahkan hati kita total, rasakan kekosongan, Tuhan akan datang dengan sendirinya. Aku sudah merasakannya — ujar Farid.

Apa kesimpulannya Rid? Tanyaku penasaran. Kalau ada orang-orang yang sok dekat Tuhan, mengaku penggenggam kebenaran, penjaga agama… hakikatnya ia jauh dari Tuhan. Teriakannya hanya nafsu. Tuhan tak bisa didekati dengan nafsu.

Makasih ilmu tasawufnya Farid Mustofa. Nanti kalau ke Yogya lagi, aku mau belajar tasawuf lebih banyak ke sampeyan.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Loading…

______________

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan dan/atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, Anda dapat mengirimkan artikel dan/atau berita berisi sanggahan dan/atau koreksi kepada Redaksi kami, sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) Undang-Undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers. Artikel/berita dimaksud dapat dikirimkan melalui email: [email protected]. Terima kasih.

Kunjungi juga kami di www.ppwinews.com dan www.persisma.org

Ingin berkontribusi dalam gerakan jurnalisme warga PPWI…? Klik di sini

Comment

WARTA MENARIK LAINNYA