KOPI - Udara di sekitar pemukiman elit Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang Banten terasa sejuk karena anginnya berhembus sedikit kencang. Sang mentari full menyinari pemukiman dan sedikit panas tapi hembusan angin sangat terasa di tubuh. Tidak masalah, sambil melihat-lihat keindahan rumah dan taman serta pohon-pohon di sekitarnya kita berjalan kaki, naik motor atau mobil. Pokoknya tubuh terasa nyaman aja dehhhh.
“Bang Ojek ya?” tanyaku. “Iya, mau diantar kemana, Pak?” “Ini bang, ke pameran mobil.” “Boleh, ini pake helem.”
Akupun naik setelah sepakat harga. “Bang tadi, terduduk lesu, seperti memikirkan sesuatu, emang ada apaan bang?” tanyaku.
“Ini Pak, saya baru seminggu dipecat dari ojek on line.” “Kenapa bang masalahnya?” “Penumpang yang saya antar harus ditungguin sampai 1.5 jam karena ngetik dan print di sekitar ITB (Institut Teknologi Bandung), tapi sampai di tujuan akhir hanya ditambah Rp. 3000, ya saya kan tidak terima. Akhirnya ditambah 4000 ribu lagi, baru saya pergi. Tapi tidak lama kemudian aplikasi saya sudah terhapus. Artinya saya sudah dipecat”.
“Kok bisa begitu Bang?” aku semakin penasaran. “Iya, memang peraturannya sudah begitu Pak. Iyaaa… penumpangnya kasih saya bintang 1, sudah gitu mungkin saya juga dilaporin pemerasan. Pada hal saya jadi tukang ojek on line di Kota Kembang Bandung itu sudah hampir 1 tahun, Pak.”
“Jadi, abang ceritanya mudik kampung dong?” “Iya Pak” abang ojek berkata.
Tak terasa saya pun sudah sampai di tujuan. Saya ambil uang dari dompet dan saya bayar. “Kembaliannya, ambil aja Bang, hitung-hitung buat infonya”.
Cerita tukang ojek on line seperti di atas sudah sering terjadi dan sanksi langsung pecat. Perusahaan berusaha memberi pelayanan yang terbaik dan penumpang harus diperlakukan seperti RAJA. Jadi bergabung dengan ojek on line harus benar-benar mentaati peraturan yang sudah dibuat perusahaan. Jangan coba-coba minta tambahan satu rupiah pun dari penumpang karena itu dianggap pemerasaan, walaupun anda menunggu penumpang lebih dari satu jam.
Mari kita lihat share heboh di medsos karena abang ojek on line baru saja dipecat. Dia menjerit-jerit di medsos agar pembaca hiba melihat apa yang dialaminya. “Anak ku tidak bisa sekolah lagi, istriku tidak bisa makan lagi”. Ada juga yang terharu akan jeritan itu tapi banyak juga yang menyalahkan sikap abang ojek on line itu. Ini salah satu bentuk tanggapan atas hebohnya jeritan abang ojek on line di medsos itu.
@@@#SETIAP PEKERJAAN ADA RESIKO KAWAN….. PELANGGAN ADALAH RAJA, ITU YANG SEHARUSNYA ANDA BERIKAN. SEHARUSNYA ANDA TOLAK PEMBERIAN ITU…… JANGAN BIKIN ALASAN SUPAYA DIKASIHANI ORANG…… BINTANG LIMA PASTI ANDA DAPATKAN…. ROBAH STRATEGI BISNIS DAN KELAKUAN KE DEPAN….. SELAMAT BERJUANG DI DUNIA YANG KERAS. KUAT JANGAN CENGENG APALAGI LEBAI…… ANDA HARUS SEPERTI JURNALIS DI MEDAN PERANG, ALATNYA HANYA PENA TAPI HARUS MAJU MAJU MAJU….. NYAWA TARUHANNYA BRO…. ITULAH PROFESI. #@@@
##KAN, ASYIIIK TUUH BAANG…… JADI BANTALAN CEWEK-CEWEK CUANTIIIK##
Penulis adalah Presiden Lembaga Ilmu Pengetahuan Demokrasi dan Hak Azasi Manusia